Diremehkan Ipar
untuk berbelanja bahan-bahan untuk membuat k
aat mencuci tadi. Setelah berganti baju, aku
ang sedang bermain di depan h
Nak. Ayu mau ikut?" Aku mende
imbang antara ingin ikut denganku ata
Dewi kalau Ayu ikut Ibu," jawab A
rukun, jangan sampai berante
npa melihat ke arahku. Dia sedang asyik bermain deng
h memang tidak terlalu jauh, jaraknya hanya tiga ratus meter dari rumah.
rlalu butuh jika harus membeli yang baru. Mungkin nanti kalau Ayu sudah masuk sekolah,
Mau kemana?" teriak Mbak
n teman-temannya sedang bersiap untuk pergi dengan dandanan yang menurut
u Inah, Mbak," j
auh?" tanya Mbak Santi sembar
motornya lagi dipakai M
inya, kemana-mana harus jalan kaki. Kayak aku gini dong, mau pergi-pergi tinggal gas,
al mulutnya yang suka meremehkan Mas Irfan. Jika saja tidak menginga
kemana-mana tinggal gas, nambah-nambahin polusi ud
au nyoba motor baru, Mbak? Biar kamu nggak penasaran gimana rasanya naik
ang nggak malu, tuh!" sahutku sambil ngeloyor pe
dan menyumpahi aku karena membongkar sifatn
ekspresi wajah Mbak Santi yang nam
ya itu. Memangnya hanya dia yang bisa nyinyir. Tunggu saj
senyum sendiri, menyusun rencan
iri, Mbak Jihan?" tanya
Bu Inah, aku jadi malu sendiri karena
n hal lucu saja," jawabku sembari mengelu
k. Mau belanja apa, Mbak Jiha
aling lengkap di area rumahku, apalagi harga di sini m
Bu Inah daripada harus jauh-jauh ke mi
daftar belanjanya." Aku menyodorkan kertas
Ibu ambilkan barang-barangnya," ucap Bu Ina
Bu," s
Setelah semua terkumpul, Bu Inah dengan cekatan menotal sem
tujuh puluh ribu, Mbak. Ini catatannya," uc
an menyerahkan tiga lembar uang seratus
Mbak Jihan belanja," ujar Bu In
ng belanja sama saja, ya?" tanyaku
Mbak Santi marah dan mengancam tidak mau beli di toko Ibu lagi. Ibu ini hanya orang kecil, Mbak. Untung penjualan di toko juga hanya
u Inah semakin dilapangkan setelah kesabaran Bu Ina
rima kasih,
it pulang, Bu. Kasihan
asih banyak, Mbak Jihan," ucap Bu Inah se
lu, Bu." Aku pun beranjak per
cepat, aku takut Ayu nanti mencariku j
g juga melaju menuju ke rumah Mbak Santi. Mereka menente
k ke dalam rumah. Setelah sampai di depan rumah Mbak Sant
kepalanya padaku. Dengan mulut m
Mbak Santi di cari Bu Inah. Katanya suruh lunasin utan
engar teriakanku. Aku mengulum senyum telah
embuat Mbak malu di depan teman-temank
pulang ke rumah begitu
ada Mas Doni karena kamu sudah kura
inya, nafasku terengah-engah karena lelah ber
Ayu yang muncul dari
innya, Ibu mau membuat kue pesanan pelanggan
salurkan, Mas Irfan tidak pernah menyuruh ataupun melarangku menerima pesanan kue yang datang dari para tetangga, selama