Jerat Cinta Suami Manja
ng tidak terlalu besar itu. Tangan kanannya menenteng tas selempang berwarna cok
sepeda motor yang lewat menerangi tubuh semampai perempuan itu. Setiap kali
henti tepat di tengah-tengah jembatan. Memegang erat pagar jembatan yang tidak
a seketika. Ia lontarkan semua marahnya di pi
orang yang udah bikin perjodohan konyol itu!" Bib
mbatan yang memiliki lebar tidak lebih dari satu telapak orang dewasa.tiba-tiba muncul. Di bawah jembatan tidak bisa ia lihat jelas karena minimnya cahaya. Ha
eloteh orang rumah yang melulu menyuruhnya mengiyakan pernikahannya. Mana ada A
g pria yang sama sekali belum dilihat batang hidungnya. Kay
membungkukkan badannya, dia menoleh pelan-pelan ke belakang. Ber
nnara masih dalam pilihannya. Dia telan ludahnya kasar, mengembuskan
riakan seseorang dari belakangnya. "Hei! Mau ngapain kamu?" Suaranya terd
ara menoleh sedikit,
is." Dia menatap sendu Annara yang masih ada di atas pem
ikir dengan kelakuan manusia jaman sekarang. Annara mengulum bibirnya, dia berde
duit, gak waras nih orang!" Refleks tubuhnya menoleh cepa
a itu menapak besi pembatas. Annara terpejam erat, semua bayangan masa lalu tiba-t
endiri. Annara akan menemui ajalnya. Rasanya dia terhempas, belaian angin lembut ia rasakan
kencang suaranya terdengar. Tubuh Annara jatuh!
suara. "Aku-aku mati? Tapi, sejak kapan s
a lelaki tadi, terasa ada di sekitar tubuhnya yang jatuh. Samp
Sial! Annara mengutuk dirinya sendiri, dia bukan mati, melaink
ia menepuk-nepuk jaket panjangnya seraya tersenyum kikuk. Tangannya
Toh, dia sebenarnya belum siap dengan semua ini. Masih ada impian yan
n dengan tubuh pendek Annara, di keremangan malam yang sunyi. Mereka
nara berdiri. Tidak bisa gadis itu lihat jelas bagaimana rupa laki-laki ini
, teman-temanku sudah menun
yang entah munculnya dari mana ini. Alhasil, Annara mengambil tasnya yang tergelata
pada pria di depannya. Disambar cepat oleh pemilik telapak besar nan berjari panjang itu. La
hat punggung bidang yang melenggang di depan sana. Semakin dekat jarak Annara dengan kedai be
mnya tampak sempurna menempel pada kaki panjangnya, jaket parka abu-abu menghia
meja sedikit lebar yang menarik perhatiannya. Meja itu dipenuhi dengan pir
da lelaki di samping Annara. "Lha! Kau balik lagi tapi sambil
pas jaket parkanya dan menyodorkan lembar uang yang telah diberikan oleh Ann
ah malu-malu," katany
i sebelah lelaki tadi, meskipun tetap menjaga jarak agak jauh. Annara tersenyum m
depan kedai. Langkah kaki dari dua orang memasuki kedai kecil ini. Annara tidak peduli, dia ba
ang amat familier di telinganya. Perlahan-lahan Annara memutar, melihat siapa orang i
al cariin." Dia mendekati Annara, rambut pendek wanita itu terguncang sei
ahu apa-apa. Padahal, yang ia rasakan saat ini adalah kecemasan kare
na, Annara. Kamu sebe
lagi kalo mau! Aku gak mau Tante. Oh! Asal Tante tahu,
Membuat reaksi kebingungan orang-orang itu. Tidak terkecuali lelaki ini, d
Juga mau lihat rupa menantu nanti, jangan bikin orang tua kamu sedih, Nak." Blak-blakan
ng harus ia lakukan sekarang? Dengan solusi apa Ann
a itu. Pasalnya, Annara menelan ludah berulang kali. Kemudian, dia mendekatkan wajah nya
itu. Membuat merah padam wajah keduanya. Satunya membelalakkan mata, sementara si ga
nganga, dia menyesal menatap laki-laki yang berwajah datar tanpa eksp
menancap pada telapaknya sendiri. Bibir tipis yang ternyata memiliki tahi lalat kecil
an? But, her lips so sof