Ku Rebut Kembali Suamiku
semakin dalam ke dalam rumah. Keadaannya masih sama, selalu sepi dan sunyi. Kepala
ang menggandeng tangannya dengan mesra. Saat mereka akhirnya menyadari keha
dup?!" Itulah hal pertama yang Daniel tanyakan,
ja menyinggung perasaan nya. "Kenapa kaget begitu? Biasa saja. Aku b
i pun menjenguk dirinya di rumah sakit. Bagaimana Kirana tahu? Asisten pribadinya lah yang m
ya ajak dia ke rumah ini, apa selama aku koma kamu semakin bebas mesra-mesraan de
emangnya kenapa kalau aku ajak dia kesini? Lagi pula sekarang Maya istri aku
langsung menyelenggarakan pernikahan. Hebat sekali, kenapa tidak mengun
i mengetahui Daniel menikah lagi tanpa persetujuannya. Berpikir jika pria itu tidak punya hati sekali, pad
Kirana semakin bertekad kuat untuk membalas dendam. Mereka jahat, Kirana tidak akan biarkan mereka ba
rang aku dan Maya sudah resmi menikah. Jadi kamu tidak bisa melarang-larang aku l
mau bagaimana? Kamu juga mau ajak dia tinggal di sini? Ingat ya, ini rumah aku. Ha
rdua, jadi aku juga punya hak setengah untuk tinggal di sini. Kamu gak bisa usir
aniel sangat mencintai Maya, sampai membelanya seperti itu. Walaupun sudah berusaha keras
ah membuat emosinya naik, apalagi jika melihat mereka bermesraan. Untuk saat ini akan Ia biarkan du
tu aja dari tadi di sini," ajak Maya sambil melirik sinis Kirana. Tatapannya terli
k teman-teman Kirana di Mall. Mereka mempermalukan nya dengan menjambak
atif kepadanya setelah itu. Tetapi sekarang Maya m
amu mau tetap tinggal di sini atau tidak, aku juga tidak perduli kalau kamu mau pergi." Daniel
ak di dadanya. Padahal Ia baru pulang dari rumah sakit, keadaannya belum pulih total, tapi saat
ngannya lalu kembali mendorong kursi roda nya sendiri untuk mencari lift, menuju kamarnya yang
rana terhenti saat mendengar suara lembut it
sapa Kirana dengan senyuman manis, raut wajahny
matanya terlihat berkaca-kaca seperti akan menangis. "Ya Tuhan, alh
mengusap tangan keriput itu berusaha menenangkan. Hubungan nya dengan mbok Tati sangat dekat, du
yang kecelakaan hebat sebulan lalu. Melihat reaksi terkejut semua
ali suaminya itu, ah rasany
harus duduk di kursi roda, kaki aku kan patah. Tapi kata Dokter,
Syukurlah kalau Nyonya baik-baik saja, mbok pun ikut lega. Nyonya te
k. Maaf banget kalau misal nanti malah makin repotin m
umpuh begini pasti akan banyak bergantung pada mbok Tati, karen
. Kalau Nyonya butuh sesuatu, mbok pasti akan langsung berikan dan layani." Mbok Tati te
merawatnya. Tetapi seharusnya kan yang melakukan tugas itu adala
mendapat perhatian Daniel, apalag