Takdir Cinta Mida
ita ya, biar aku yang pergi
a nafas perlahan, melihat sahabatnya yang
i, ia malu membeli kebutuhan khusus wanita tersebu
ebungkus pembalut berwarna biru muda, seorang pria dengan setelan jaket denim dan celana jeans d
u, berjongkok mengambil
rima bungkusan pembalut yang diberikan kepadany
itu, ia menemui Nessa yang sedang me
is berkacamata itu sedikit meringis menahan sakit.
ggak tau lah." bi
ekanan dan kekiri. Mencari-cari apa kirany
Mida menarik tangan Nessa. Mengajaknya pergi menuju kasir sa
usu pesanan ustad
pa snack tahu, kamu kenapa sih buru-bu
ggu disini, jangan lama-lam
mun ia mengurungkan langkahnya seraya berkata "Mid, kamu nggak beli apa apa? j
da penuh penekanan. Mendorong tubuh sahabatnya pe
nya. Kesempatan seperti ini jelas tidak mudah didapa
angnya? ditanya jawabnya nanti aja. Nyebelin. Gerutunya d
menampakkan batang hidungnya. Mida menjadi sangat kesal pada gadis
k pria yang berjalan di belakangnya, tubuhnya sedikit terhuyung ke depan. Hampir saja dia terjatuh, kala
ya mematung menatap pria di depannya. Ia kini segera melepaskan diri dari t
pria itu setelah melepaska
masih tunggu teman, permisi." Jawab Mida sedikit canggung. Meninggal
an setumpuk snack dalam pelukannya. " Mid," pa
ersembunyi dibalik tumpukan snack, menyaksikan pria tersebut memba
____
amu nangkring dalam pelukan pria tadi. Mana ganteng
santai, ia terlihat sedang menikmati perjalanan mereka kembali kedala
tugas dari ustadzahnya, membelikan susu bayi
tadi ceritanya bisa ada adegan swee
nekanan saat sahabatnya hanya memilih dia
nteng langsung irit bicara ya, woy....
a Nes." Mida menarik nafas panjang, lantas menghembuskannya
egori pelukan, pelukan ringan meski nggak nempel. he
su diantara mereka. Matahari hampir sepenuhnya menyembunyikan sin
uda datang menghampiri mereka. "Permisi dik, apa benar
tren Al Hikam, ada yang bisa d
ng ke pesantren Al Hikam, jadi ibu belum mengerti letak persisnya ada disebelah mana, hanya dapat
i ngomong ngomong ibu mau bertemu siapa
wa tengah. Mungkin saja adik adik mengenal kepon
, tentu saja kami mengenal beliau." Mida menjawab dengan antusias. Neng Husna adalah
usna. Saya belum pernah
an antar ibu berjumpa neng H
ebut, asal kota mereka, dan dalam rangka apa mereka berada di luar ma'had. Keduanya menjawab semua pertanyaan ibu Roi
a motor, becak dan mobil. Mida memilih berjalan bergandengan t
kejadian di masa kecilnya yang membuatnya hampir tertabrak pengendara motor. Mengingat ha
depan, ada seorang pria tengah berdiri di seberang jalan sana. Mida terus berjalan, dan sesampainya mere
kum bi." Ucap
llah Dzaky, ini Dzaky an
ihat sangat menawan. Mida menyaksikan sahabatnya yang hampir saja meneteskan air liur karena sibuk menganga
bukannya kamu kuliah di
di sekalian saja sowan makam mbah kyai b
mana?" tanya
u ikut aja. Biar ketemu saudara. Sekalian nanti sholat
ada bu." Jaw
a bernama Dzaky tersebut, sambil kembali tersenyum. Kali
ung, buru-buru menundukkan pandangannya. Lan
itulah pernyataan ibu Roifah yang membuatnya tidak bisa menolak. Meski
tanya berasal dari Riau, Pekanbaru tepatnya. Disini sedang menyelesaikan p
r. Namun sebelum itu mau cari jodoh dulu katanya. Ibu Roifa sedik
Sekarang yang lebih penting dipikirannya adalah kenapa dari sekian banyak pria harus pria ini yang men
enarnya aku semalam? M