Nostalgia Cinta
a sampai memicing demi memastikan peng
eseorang yang dia kenal di masa lalu. Seseor
a hanyalah seorang remaja belasan tahun ya
ia berharap bahwa segala perhatian yang Sam berikan padanya adalah sebuah ketulusan, terny
itu tak banyak berubah. Dia masih Sam yang dulu, lelaki pemilik se
t-otot yang tumbuh begitu pas di tubuhnya. Membuat pria
hanya untuk menyadarkan dirinya dari berbagai macam
isa beberapa persen alkohol. Karna itul
rambutnya. Tapi, dia masih ha
el W
hadapannya dengan sudut bibir tersenyum, seol
tahun lalu. Menertawakan kebodohan Nadia yang
kamu di
Sam enteng, sambil bersed
fe? Udah gil
ia. Pria itu perlahan mendekatkan wajahnya, dan berkata lirih pada N
u? Bagaimana kamu bisa masuk ke apartemenku?! Apa kamu melakukan sesuatu padaku?"
kannya menjawab, dia justru berbalik dan kembali ke d
rempuan itu menggedor pintu kamar mandinya dengan br
l berpadu dengan kaus putih polos sebagai atasan, minus kemeja flanel lengan panjang yang ia
si. "Sorry, aku numpang mandi di sini, karna aku
oma bekas kejadian s
i unit sebelah. Kalau ada sesuatu yang perlu kamu tanyakan padaku, just ring the bell. Aku akan membu
kejutnya setelah tiba-tiba melihat Sam keluar dari kamar mandinya,
the h
h yang hanya bisa diam menatap Sam yang lag
sekarang kamu berhenti minum. Kamu harus bersyukur karna bertemu aku semalam. Bagaimana kalau pria lain yang menemukanmu se
ri sekali dia. Dec
a, satu
? Nadia me
biaya lound
a?
kai untuk membuka pintu apartemen perempuan itu. "Apa kamu tidak ing
luar dari tubuh Anggia? Sesuat
di antara telinga dan pundak kirinya, sementara di
erlambat. Dan semua itu karna ulah Sam. Kemunculan pria
Cotton che
pa
aja membuat Nadia tuli. "Kamu tau 'kan cake itu untuk menyambut CEO
kiri kanan. Dia harus menyebrangi jalan untuk sampai di Bittersweet bakery yang ad
dia dan meraih paper bag ditangannya. "Rapikan dulu
sudah
is kecoklatan itu menukik ta
yang dipadu dengan pencil skirt dengan motif ethnic yang membentuk
nganya dengan sedikit genit. "Kurasa kamu harus melihatnya sendiri. Dia terlihat sepert
ang akan tertarik pada pria tua," katanya pada cermin di t
m. Sebentar lagi acara penyambutan akan segera dimulai. Beberapa perwakilan dari semu
u peduli, dia bahkan belum melihat rupa CEO yang baru karna pandanga
at ketika Pak Armand selaku pemilik perusahaan
mengintip dari balik punggung teman kerja di hadapannya, rahang Nadia seolah melorot. Beruntung pe
ara Nadia berusaha untuk tidak terjatuh lemas saat itu juga. Namun, pengumuman
mu. Dia sekretaris direktur kita yang lama," ujar Pak Ar
ke depan, dan terlihat oleh semua orang. Perempuan itu sudah tak bisa merasakan apa pun saat tatapan Sa
yang masih mematung dengan jantung berdebar tak karuan. Dan dengan pe
begitu hangat. Kehangatan itu menjalar hingga waja
" katanya dengan senyum yang