Terjebak Cinta, CEO Arogan
! Kita harus segera kembali ke Jakarta," u
las Nevan sambil menarik selimutnya lagi
s troli sudah ludes tak tersisa. Mendengar itu Nevan segera membuka matanya. Ternyata orang yang ada di hadapannya bukanlah gadis cantik semalam. Mel
gadis itu keluar dari sana lalu menyerangnya dengan penuh gairah. Bahkan, di tengah permainan pa
perlu saya carikan obat? Sepertiny
m gue nggak bermimpi. Memang a
VIP itu. Takut ada penyusup datang. "Nihil, Pak. Tidak ada siapapun,"
Kring
ng. Ia segera mengalihkan perh
a hidangan yang anda pesan sudah siap untuk pertemuan Bos anda dan kliennya tiga j
gera kesana." Tut.
a a
akarta, Pak. Anda ada pertemuan
nggu di luar. Gue a
tak kunjung beranjak dari duduknya. Ia
ni. Ada hal lain yang jauh lebih penting," tambahnya. Ia pun menyibakkan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Seketika matanya membulat melihat se
*
reproduksi masih terasa nyeri karena pergulatannya semalam. Namun,
l
ebar-lebar pi
judi dan main perempuan. Dia tidak punya hati nurani sedikitpun. Demi mendapatkan uang. Tak segan ia memukuli, bahkan menjual tubuh sang istri. Dan semalam nasib sial ia torehkan pada Zee. Dengan dalih akan memberikan pekerjaan yang bagus. Ze
a baik-baik saja. Ia tahu pasti Paman Gobar sudah mendapatkan laporan jika ia
baru saja melewati sebuah pintu. Tiba-tib
mb.
elepaskan diri. Akan tetapi, ia terkejut saat mendapati
tidak apa-apa?" t
ke Jakarta. Temui teman Bibik yang bernama Narsih. Ini uang tabungan Bibik untuk bekal kamu kesana. Tempat ini sudah tidak aman lagi untukmu. Ce
an Bibik? Bukankah kita be
bik akan merasa sangat bersalah pada ibumu. Jika terjadi hal-hal yang t
lau tau hal ini. Kita harus pergi bersama, Bik
ai memohon. Ternyata ucapannya pun didengar oleh Paman Gobar yang bar
ya. "Heh! Gadis nggak tau diri! Sialan kamu ya! Bisa-bisanya kamu kabur semalam. Malu-maluin aku saja! Kamu lupa aku ini siapa? Kamu itu utang Budi banyak sek
Zee itu aku yang membiayai. Bukan kamu! J
udah minggir sana! Aku harus bawa keponakan sialanmu ini ke Juragan Romli. Kalau tidak aku harus membayar
idak untuk keponakanku!" kata Bik
ak
elihat sang Bibik ditampar de
k Juwita dengan kasar. Akan tetapi, tanpa ia sadari sang istri
ep
Pamannya pun tampak terkejut. Begitu juga dengan Bik Juwita yang tak
!!! Sia
Jlepp!
lagi. Bik Juwita menghunuskan pisau
Juwit
uk
h darah. Sementara, Zee masih tidak perc
ndekat dengan wajah kh
sebelum ada polisi kesini!" teri
i, B
rumah paling ujung yang dikelilingi tanah terbengkalai yang dipenuhi semak belukar itu. Sungguh, ia tak tega meninggalkan Bib
an, Zee," gumam Zee deng