LINGERI PEMBAWA PETAKA
kepo, ih, mau bangun badan sakit!" ungkap
emudian diam hening dan menunggu apakah sosok hitam itu akan keluar lagi. Sudah di tunggu se
nku sakit," tanyaku. "Oh, biasa, Non, oh iya Non, memangn
a ada apa, ih, Bu Ijah n
aat Ibu sedang menyapu bagian tengah, ya, Ib
agi. "Yah, berani Non, sudah biasa Ibu, Mah, di manapun juga, sering Ibu mengalami tapi, Ibu lawan rasa takut itu," Bu Ijah menjel
. Aku merasa senang dengan Bu Ijah dan keberaniannya
u Ijah menanyakan padaku setelah
Bu Ijah melangkah gesit menuju meja makan. Aku bangun dan duduk menunggunya, untung saja si Dede tidak rewel selama aku sakit. "Bu Ijah, cekatakan
akuan layaknya sebagai cucu'nya. "Dede makan sendiri saja, Bu," celetuk si Dede. "Anak pintar, ya sudah
uga, bareng, ya," pin
nita yang manja ini kini merasa nyaman, semenjak Ldr dengan Suami rasanya
a, sehabis makan ini," sahutku dengan semangat ingin curhat dengan Bu Ijah. "Ibu, bereskan dahulu ya, Non."Setelah s
ergerak spontan karena sangat terkejut ketika sedang berdiri sambil mencuci piring di wastafel. lalu, Bu Ijah menoleh sambil tangannya menggosok-gosok piring. "Hayoo, mulai lagi, ya! ngagetin orang,
g sudah selesai, Bu Ijah mencuci tangan dan berjalan ke arah kamar mandi perlahan, langkahnya mengendap-ngendap bagaikan ingin menangkap sesuatu. Sampai depan pin
han. "Siapa di dalam!" kepala Bu I
terus,' Celoteh Bu Ijah masih berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia Menunggu beberapa menit tidak ada suara
ada yang menggoda, maklumlah Ibu ini dulunya Artis, mungkin dia tahu," jawab Bu Ijah sembari tertawa menghiburku. "Hahaaa, si Ibu lucu juga, sempet-sempetnya bercanda, hehee, tadi suara apa Bu sampai kenceng gitu. Ko
terakhir yang datang berwajah seram dan aku dipaksa! Dia memperkosaku Bu, itu menurut Ibu, bagaimana?" "Oh, jadi seperti itu ya, Non, pantas saja, kalau menurut Ibu n
fit sekali bagaikan wanita muda. "Alhamdulillah, semoga lebih baik ya, Non," ucapnya setelah selesai memijat terlebih dahulu kemudian mengerik sembari membaca Ayat Al-Quran. "Makasih
k kecil di kamar tengah,"tanyaku. "Kuat Non, tenang saja, galon saja Ibu angkat, hee," berlalu pergi mengambil kasur di kamar tengah.Ia berjalan tanpa ada rasa takut, semakin Bu Ijah ditakuti maka nyalinya akan lebih berani. Aku tersenyum lagi dan menggelengkan kepala, sosok Ibu yang kuat dan tegar seusianya. Bu Ijah telah
*
telah diberi tahu Rika, kemungkinan setan itu masih berada di rumah Rika, karena sepengetahuan Ibu Ijah ada kaitannya dengan mimpi yang
*
badannya. Kini Bu Ijah mau berbaring dan istirahat tidur.
*
erteriak. "Istighfar Non, mimpi lagi, ya?" "Iya, Bu, mimpi serem la
dari duduknya, ia berdiri ingin menghampiri bersiap siaga. "Sudah Bu, biarkan saja enggak usah disamperin," pintaku. "Iya ud
dian suara hening sunyi dan kami telah selesai berdoa. "Udah, Non tidur lagi saja, jangan lupa doa lagi
**
mampu meleburkannya membuat hatiku tenang, andaikan Bu Ijah j
asih tem