Pembalasan Arwah Seorang Istri
ihat wajahnya. Ia sampai menoleh ke kanan dan ke kiri juga kebelakang demi
berteriak?" tanyanya heran. "Ah,
ni itu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan rapat lalu menguncinya. Ibu dan an
tanya Sella dengan terbata-bata. "Mamah tadi juga liat, kan, ka
juga gak tau, kenapa tiba-tiba muka an
di si Tari kesurupan, atau mungkin, dia bersekutu sama setan, Mah.
a berani anak model si Tari yang penakut kay
an suasana tidak semenyeramkan tadi. Marni segera menutup gorde
begitu kaya bukan muka dia." Sella terus mengikuti langka
usah diba
, Mah
am ini." Marni berjalan menuju kam
akut," celetuk Sella dengan senyum diwajahnya
asa seperti ada orang yang sedang mengawasinya. Tidak, lebih tepatnya seperti ada yang sed
ua tangannya dibawah kepala. Matanya meman
ba-tiba menampar pipi Kak Sella. Ah iya, bayangan putih seperti sosok pocong saat perjalanan pulang tadi. Kenapa kejadian s
ia membersihkan diri, Tari langsung terlelap di atas kasurnya. Mimp
ri seperti tadi," tegur salah seorang wanita yang memakai pakaian ala p
amanya disebut. "Sa-saya, mengajar m
. Dan hampir setiap malam Neng Tari mengajar latihan menari untuk ana
lihat pakaian yang dikenakan oleh wanita itu, lalu matanya kembali melihat pakaian yang
a anak-anak yang berada di hadapannya itu ingin diajari menari olehnya. Tari pun kembali menatap wanita yang bernama Lilis, wanita yang menyuruhnya untuk segera menari. Lilis segera paha
ngi mereka menari. "Ayo, Neng. Kita lanjut latihan menarinya,"
i-iya
tetapi semakin lama Tari mulai menikmati setiap alunan musik yang mengiringinya menari. Sejak kecil, Tari sangat senang menari. Karena ba
am, maka semua anak akan masuk ke rumah masing-masing dan segera tidur. Tidak demikian dengan anak-anak yang berada di kampung tersebut. Malam semakin larut, a
ahat sebentar. "Anak-anak, Kak Tari capek, nih. Kita istiraha
yang barisan paling depan. Lalu mereka be
ya dan istirahat hanya sebentar. Meskipun wajah anak-anak itu terlihat datar dan tanpa ekspresi, tapi mereka semua sangat berseman
i yang beralaskan tikar, mendekati wanita yang tadi
anya apa?" sahut
stru semakin semangat ya, latihan menarinya. Apa mereka semua gak capek, gitu?" tanyanya. Matanya
eran begitu, Neng. Disini memang seperti itu. Semakin m
leh Lilis tadi. "Sudah menjadi kebiasaan?" tanyanya mengulangi
ah jadi warga sini, Neng Tari pasti akan mengerti," tutur