Pembalasan Arwah Seorang Istri
r saja!" teriak Marni--perempuan yang membesarkan Tar
ngusap wajahnya yang sudah basah kuyup karena ulah Marni. "Mamah?" pekiknya
bahak. "Kebanyakan menghayal kamu itu! Udah, cepet bangun! Kerja, jangan ngayal mulu jadi anak
akan untuk dijual. Karena mimpi buruk yang terasa sangat nyata bagi Tari, akhirnya ia kesiangan untuk bangun pagi.
ada dirinya sendiri. "Bahkan, aku masih merasakan belaian tangan ibu tadi.
njelang, Tari selalu ikut kelas menari di daerahnya dengan gratis. Entah mengapa, Marni dan Budi--ayah Tari--tidak suka jika Tari ikut latihan menari. Padahal, Tari memiliki bakat yang bagus dalam hal menari. Be
an kamar Tari. "Kamu ini kenapa semakin kesini semakin mala
dari Tari, yang seharusnya bisa bantuin Mamah juga," protes Tari. Entah darimana Tari memiliki keberanian untuk melakukan pembel
bih berani untuk membantahnya. "Heh, anak kurang ajar! Sejak kapan kamu berani protes dan melawan pada Mamah, hah
mnya aku tidak pernah membantah ucapan Mamah. Seoalah rasa takut itu hilang begitu saja. Tapi, baguslah agar aku tidak s
amah pusing saja. Udah sana cepetan mandi, terus bantuin
Mamah lagi kalau Kak Sella juga gak bantuin Mamah." Tari beranjak pergi
ai berani ya, kamu melawan saya?" teri
e kamar mandi untuk membersihkan diri. Di dalam benaknya,
. Ibu bangga padamu." Terdengar s
Karena di dalam kamar mandi tid
ngkuknya. "Kenapa tiba-tiba jadi merinding begini?" Tanpa
saja!" keluh Sella yang terbangun dari tidurnya akibat teriaka
ni berjalan mendekati Sella--putri kesayangannya--sa
Mamah. Ngapain sih, Mamah teriak-teria
ani membantah ucapan Mamah. Bikin
arni. "Bukannya dia itu selalu menuruti perintah Mamah,
Mamah jug
ari itu. Biar dia kapok dan gak lag
buka warung dulu. Gara-gara anak kurang ajar itu, Mamah jadi terlambat buka warung," ge
h oleh Marni dengan alasan tidak ada biaya. Kegiatan Tari sehari-hari hanya membantu Marni di warung makannya. Jika sore menjelang, Tari akan pergi ke sanggar tari yang tidak jauh dari rumah Marni dengan sembunyi-
i sanggar dibandingkan dengan rumahnya sendiri. Nina--pelatih tari--yang paling dekat dengan Tari merasa he
cariin sama mamah kamu?" tanya Nina pada Tari yang sed
Bu. Jadi, lebih baik Tari habiskan wa
awab Nina. "Sudah mau Maghrib, lebih baik Tari pulang
au gitu, Tari
ar. Untuk sampai ke rumahnya, Ta
ut ibu pu
Tari saat ia melewati kuburan. S