Godaan Maut Ipar dan Mertua
ng di lantai kamar mandi dengan vagina yang mengarah frontal ke lubang kunci. Kulebarkan kedua kaki j
orong jari-jemariku lebih gencar lagi, dan berusaha menunjukkan pada ayah mertuaku jika aku adalah wanita yang benar-
. Oooh menantumu ini akan muncraaat Pak Dahalaaaaan, aaaah ssst...." Ter
elijangan. Tubuhku mendadak lemas tak berdaya. Empotan daging vaginaku terasa begitu ke
gah-engah sambil sejenak istirahat, menggeletakkan badanku di dinginnya lantai kamar ma
pintu kamar mandiku. Ayah mertuaku masih setia mengintipku dari situ. Dan ketika aku mel
menetes turun dari balik pintu kamar mandi. Dan setelah se
!' seruku
alah sperma ayah mertuaku. Benar dugaanku Pak
ng dia peroleh jika bersetubuh denganku. Mendadak, aku ingin sekali
turnya ketika sperma itu berada di dalam mulutku. Aku ingin merasakannya dan aku memutuskan untuk menangka
ras-keras ke arah lubang kunci kamar mandi. Dan benar, sepe
terdengar suara pantat terduduk mirip suara orang yang terjengkang. Lalu dengan buru-buru, aku selesaik
ndi terbuka, aku tak meli
i dia pergin
enal. Aroma lendir lelaki yang berasal dari pintu kamar mandi. Dari luar pintu kamar mandi, aku da
an ujung jari telunjukku, aku usap lendir yang menempel lengket di pintu kama
riku. Kembali aku cium lendir kental yang ada di ujung jemariku,
adalah asin.seliar-liarnya permainanku dengan Mas Panji belum pernah me
an ujung jari yang berlumuran sperma ayah mertuaku itu ke dalam mulutku. Seolah kesetanan, berulang kali ak
menyembur langung dari rudalnya dalam mulutku," ucapk
sosok ayah mertuaku. Ternyata setelah aku akan berjalan menuju kamar tidurku, aku menda
ikuk dan canggung. Ada perasaan bersalah setiap kali aku harus memandang atau pun bertegur sapa de
h gitu?" tanyaku dengan berani, s
anyaanku, tapi kemudian dia tersenyum sam
bisa keciprata
mar mandi," jawabnya santai sambil menatap
ayah tadi ada di
k jug
h begitu dan kesembur ai
ena kamu masih mandi, ayah tungguin di luar. Tapi kok setel
nggosok badan biar bersih
amu merintih-rintih di dalam kamar mandi, seper
tahu harus menjawab apa. Tiba-tiba otakku ta
ah tahu. Lagian ayah juga
puas ken
anya tersenyum sambil meneruskan membersihk
, entar kalau nggak buru-buru ganti, kamu bisa masuk angin lo
mata ayah mertuaku. Dan dari perhatiannya, aku merasa jika dadaku
ung, malu, semua emosi bercampur menjadi satu. Aku benar-benar telah jatuh ci
tau semua ini hanya
ahl