Antara Aku dan Adik Tiriku
masuk ke dalam mulut pun tangannya begitu enggan. Mereka terlihat tidak enak, terlebih setelah tangan Syaqila sejak tadi ha
aqi
ihat ekspresi khawatir y
dra sudah berteman dengan Syaqila sejak SMA, ia tentu saja menyadari ada yang tak b
ri mulutnya, sebelum akhirnya menjaw
ng curiga pada Syaqila. "Jangan menutupi apapun, Sya. Apa aku tidak kau an
gin meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka, tapi sikap Raffael dengan sangat jelas menunjukkan jika pria itu membencinya. Kata-kata Raffael pun begitu menusuk hingga Syaqila sulit
yaqila kala sahabatnya itu tengah
k Diandra. Namun tubuhnya seketika m
jika pria itu kini kuliah d
andra menatap lurus ke arah Raffael dengan tatapan memuja. Dia tak menampik jika pria itu bahkan bisa mengalahk
a sahabatnya terlihat tidak bersemangat kala ia membicarakan salah satu p
ebelumnya. Diandra tidak bisa untuk tidak terkejut. "Ma
ng sudah berubah. Sikapnya dulu tak lebih dari sikap anak-anak yang memang senang mengusili seseorang yang tid
apa dia bisa ada di
r saja ketika dia pulang ke sini," jelas Syaqila ketus. Ken
a. Karena, lihatlah! Sosok pria yang Syaqila katakan sebagai adik tirinya itu bahkan tidak seperti ucapannya beberapa tahun lalu
Dia sendiri tidak menyangka jila Raffael akan sangat berubah s
a. Satu orang yang nampak mencolok di antara mereka adalah satu gadis yang duduk di sebelah Raffael. Gadis denga
asihnya?" tanya Dian
h saudara mereka bak orang asing. Bahkan lebih mirip musuh yang menyimpan dendam. Syaqila
menambahkan ejekan. Dia tidak berbohong, sahabatnya yang biasa selalu menunjukkan kepercayaan diri kini justru tenggelam dalam rasa
itkan, ia tetap menceritakan pada Diandra supaya temannya itu mengerti dan tidak terus
sepertinya benar. Peluang Syaqila dalam mendapatkan maaf dari Raffael sangat kecil. Terlebih, Raffael sepertinya menaruh dendam p
mengerti banyak hal. Tidak seperti sekarang dimana ia akan memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. "Saat i
menyingkirkannya." Diandra menggelengkan kepalanya sembari terkekeh
. Ia bahkan tak lagi memiliki wajah untuk berhadapan dengan adik tirinya itu. "Kesalahan yang aku lakukan t
yangkal. "Dia mungkin juga ing
aqila sendiri sedikit khawatir jika seandainya apa yang dibicarakan temannya i
at diperlakukan semena-mena. Dia bisa marah dan mengamuk. Ia juga memiliki batas kesa
aqi
depan mereka, setelah sebelumnya mengeluarkan suara yang terdengar berat dan menggoda. Diandra bahkan meneguk lu
manis, Diandra berdi
apnya dengan ekspresi hera
namanya oleh dirinya? Sepertinya perempuan yang menyahut t
sa malu. Dia berdehem canggu
adi wajar saja jika
ang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka. "Mama menyuruhku untuk membaw
tanpa menunggu