Antara Aku dan Adik Tiriku
untuk segera pulang tanpa mau menjelaskan apa alasannya. Syaqila kesal setengah mati, tapi ia tak bisa meluapkan amarahnya. Bisa-bisa orang tuanya kembali menyemburny
eran melihat suasana rumah yang ramai. Seluruh anggota keluarga turut hadir di san
aqi
ihatnya wanita itu berjalan mendekat dengan tergesa. Lalu ta
tong sayuran. Sudah mama kasih bum
ah dihadapkan dengan wajan berisi masakan yang hampir matang. S
ih lama. Terlebih, dengan keadaan di sekitarnya saat ini. Syaqila merasa d
Utari justru bertanya dengan ekspresi pol
apun. Mama hanya menyuruh aku pulang, tapi
Utari menganggukan kepalanya. Dia menatap put
ak bingung. "Sejak k
trinya itu dengan spatula hingga S
kamu sendiri," gerutu Utari. Dia men
Syaqila untuk menganggap sepupu-sepupu kecilnya sebagai adik. Tapi, tentu saja itu akan berbeda. Adik-adik sepupunya itu tidak akan bisa bebas
ku anak tunggal?" ucap Syaqila
a itu melupakan adiknya sendiri? Meski sudah lama mereka tidak berte
eptis. "Maksud mama bocah cebo
ikkan jarinya, tampak pu
eh ayah tirinya, dikenalkan padanya sebagai adik yang tidak diterima dengan baik oleh Syaqi
s lucu dan menggemaskan. Bukan gendut dan mengerikan. Sya
berusaha mengganggunya setiap ada kesempatan. Berharap
alihnya, Syaqila selalu lolos dari tuduhan. Hal itu mungkin membuat Raffael lelah hingga suatu ha
i mendengar apapun tentang Raffael. Syaqila kira, bo
an adiknya sendiri seperti itu? Betapa buruknya dia sebagai kakak. Syaqila bahkan bersuka ria saat berhasi
dengan adiknya. Dulu Utari mungkin diam saja karena dia berusaha memaklumi sikap Syaqila yang masih anak-anak. Namun sekara
pantas jika kamu masih saja usil seperti itu. S
g salah. Tapi saat ibunya mengomelinya seperti ini
iap," titah Utari. Wanita itu tampak tidak ingin mendengar bantahan apapun. Ini juga ia lakuka
Raffael langsung memukulnya saat pertama melihat wajahnya? Syaqila tahu, bocah itu sudah bukan anak kecil yang hanya bisa menangis ketika Syaqila berulah. Sekarang dia bisa saj
gkinan itu saja sudah membu
megangi lengan ibunya dengan wajah pucat. "
ajah putrinya dengan ekspresi datar. "Sejak kapan ka
ya untuk membujuk ibunya. Ternyata ibunya sudah bi
n apa yang ia perintahkan. Wanita itu mengacungkan spatula tepat di depan wajah putrinya d
menghembuskan napas kasar. Lalu berjalan pe
arena keengganan Syaqila pergi ke sana, kedua kakinya terasa begitu berat
la menarik napas sesaat. Tangannya te
encoba bersikap biasa, padahal dalam hati ketar-ketir, ta
af
a tiba-tiba terbuka. Syaqila menahan napas. Bukan karena ta
gat tampan! Tubuhnya basah seperti habis mandi, begitu pun dengan rambutnya. Aroma yang menguar dari tubuhnya begitu menggoda.
ia sexy itu bisa b