DREAM WITH CEO
n sekrertarisnya yang tidak lupa wanita itu mengetuk pintu ruang kerja. Sosok bernama Tamara Wilson itu memang dik
. Wanita itu lantas menunjukkan berkas-berkas yang perlu Adam tandatang
ercium pada indera penciumannya. Wajah Tamara sangat dekat dengan Adam. Wanita itu pandai berbicara menjelaskan
bertemu dengan Pak Sam. Beliau memi
ak
lau begitu. Teri
pa ada penjelasan dari saya y
"kalau Bapak butuh tempat cerita, saya siap mendengarkan," ucap Tamara. Adam melihat tangan itu sekilas. Tamara tersenyum sera
Kau bisa kembali ke ruang kerjamu
jika Bapak ingin saya m
a, per
ungguh adanya. Bukan pergi, Tamara malah bergerak ke belakang kursi
*
a menyandarkan punggungnya serta salah satu kakinya berada di atas kaki lain. Ia merentangkan kedua tangannya di sofa. Di Mansion sebesar i
ma 'Alfred' di layar, ia lantas tersenyum miring, menyeramkan sekali. Ini penantian yang ditun
lah perempuan dan pernikahan. Ada hal yang lebih penting yang perlu
lantas menyahut, "akhirnya kau muncul juga,"
New York. Pagi hari sepasang
i membuat Elena sakit hati. "Memangnya aku harus laporan kepadamu kalau aku su
u sampai kapan dia
ang yang berstatus sebagai suaminya, Barnard. Pagi ia menyiapkan sarapan, tidak ada yang disentuh oleh pria itu. Barnard bahkan memilih
idak ada lagi yang bisa membuatnya bertahan. Impian-impian berumah tangga yang dahulu ia inginkan, hanyalah khayalan semata.
abaikan sarapan yang ia suguhkan. Makanan yang hidangkan di atas meja hanya menjadi pajangan semata. Elena melepaskan garpu di tanganny
ard, Elena tidak mendapatkan harapan tersebut. Rasanya sudah tidak ada yang perlu ia pertahankan. Hingga pagi
t seharusnya ia bisa menikmati hari-hari dengan jalan-jalan di kota New York. Dia malah tersungkur
ar merasa mempunyai apa yang ada di rumah itu. Dia tidak pernah m
uga tidak pernah ingin
*
t majalah. Ia sangat menikmati waktu malamnya sambil merawat diri. Meski sudah cantik, bukan berarti
iliki berbagai macam busana yang tampil di sana. Kadang kala ia ingin menjadi seorang model. Namun, sudah takdirnya untuk me
lama, ia membersihkan wajahnya. Setelah itu kembali lagi ke ranjang, ponse
an tersebut. Ponsel itu
al
malammu?" tanya Levin. "Oh tidak.
n soal tadi di kantor,
Tuh
ia harus lapor soal perintah Levin tersebut. Percayalah kalau Tamara di kantor tidak benar-benar ingin menggoda
Levin. Dia sama sekali tidak terlih
aku sudah membayarmu," ucap Levin memberi penegasan ulang. Tamara lantas mengangguk. Lagi-lagi ini karena bayaran. Ta
. Tamara mengembuskan napas. Wanita itu duduk di tepian ranjang. Ia menaruh ponsel di a
ya. Meskipun kadang kala ia sendiri merasa tidak mampu. Tapi, itu atas per
empuan, bagi Levin Tamara adalah wanita yang cocok untuk mendampingi Adam, Tamara gadis yang baik. Pekerjaannya juga rapi. Dia cant
pula, Levin belum menemukan perempuan lain yang mau ia jodoh kan dengan CEO yang sulit perkara percintaan itu. Levin berharap kal
amara!' ucap Levin membatin. 'Besok aku akan menyuruh
evin. "Ya, Sayang. Aku baru saja menghubungi Tama
bermain denga