Tiga Puluh Hari Sebelum Bercerai
ecar, biaya operasi pengangkatan rahim, lalu biaya nafkah selama lima tahun. Dan itu sudah termasuk biaya sekolah
*
masih bingung dengan daftar yang tertulis di buku itu. Mungkinkah ada rahas
aku simpan buku ini, suatu saat pasti Naima akan mencarinya." Ar
ngsung mengambil benda pipih miliknya. Ketika di cek, tertera nama Arin di layar ponselnya,
kok lama banget. Aku u
aaf ya, ini mau
dah b
i kamarnya, Arga harus segera menjemput Arin, jika tidak calon istrinya itu pasti akan ngambek. Entah
yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu semakin siang, padahal Arga membuat janji akan menjempu
calon suaminya datang, Arin bergegas masuk ke dalam mobil, setelah itu Arga kembali melajunya. Kini mobil k
ucap Arga untuk memulai percakapan, wala
rin, wanita itu kini tengah sibuk dengan kaca kecil di
i?" tanya Arin tiba-tiba. Arga semp
inya terasa sakit ketika mengatakan jika ia dan Naima akan bercerai. Hati kecilnya tidak rela jika harus berpisah dengan
. Karena aku ingin menjadi istrimu satu-satunya," kata Arin. Wanita itu kini s
gumam Arga dalam hati. Dadanya terasa sesak ketika
*
, bahkan pikirannya sejak pagi tidak bisa diajak kompromi. Tak heran jika Arin sering protes gara-gara Arga
a nonton TV." Arga melangkah menuju ruang tengah, suasana rumah cukup sepi. Padahal
tidur." Arga melangkah menaiki
tu baru saja berbelanja. Arga melangkah mendekati sang istri, menyadari suaminya sudah pulang.
nggak." Naima berputar di hadapan suaminya
i tubuhmu," ujar Arga. Jujur, Naima terli
li gamis," ujar
satu lagi bukankan malam ini kita mau makan malam di r
dahal tadi Arin sudah mengingatkan." Arg
andi aja dulu. Bajunya ak
buka kemejanya, mata Arga tidak sengaja menemukan gumpalan rambut yang tersangkut
kan gumpalan rambut tersebut. Entah kenapa pikiran Arga menjadi kacau, Naima yang tiba-tiba ingin merubah pe