Jovan, Birahi Anak Panti
raga yang berbeda, memenuhi nafkah lahir dan batin sekemampuannya. Namun ternyata begitu komple
dan raut wajahku tidak memiliki kemiripan dengan saudara-saudara sebangsa dan setanah air keturuna
ataku Hasrat Li
*
bulan y
gi 'Ojo dibandingke,' ketika ponselku ber
lo,
Suara lembut nan manis
i nongkrong
lkam. Tapi emang udah
minggu depan aja pulkannya. Ada ap
gak sibuk, Fan?"
sibuk main gita
gak ke rumah gue? Maksudnya ajarin gue main
yitkan dahi, "Serius lu m
ar asik banget, makanya gue kepengen bel
arang dia memintaku membawa gitar ke kampus untuk bernyanyi di depan dia dan gen
ke rumah lu, ya. Masih di
you, Fan!" Seperti biasa keceriaan T
Pertemanan kami berawal ketika Opseks penerimaan mahasiswa baru. Tania jadi panitia, aku pesertanya.
dia bukan sebatas pada permainan gitarku, namun pada diriku seutuhnya. Entahlah, a
up berada. Karena itulah aku pun tidak lantas kegeeran atau nekad mengajaknya meningka
angah, sedangkan ibunya pemilik salon dan boutiq yang cukup ternama. Sudah lebih dari dua kal
a berseru gembira sambil membuka pintu gerbang d
lebih cantik dan seksi dalam balutan celana jeans pendek yang dipadu kaus putih ngep
ang alami nan paripurna. Aku hanya bisa menelan ludah saat menatap paha dan kaki jenjangny
udah gua pacarin dari dulu!' batinku seraya tersenyum untuk mengenda
basa-basi, sebelumnya aku bertamu ke sini selalu numpang m
nnya, demi keamanan katanya. Lu tadi bilang
nyebut nama lu, mana
a di sini. Langsung ke kamar gue aja yu, biar sant
g pembantunya. Papa dan Mamanya selalu sibuk, sementara dik bungsuny
ku tak bisa lepas dari paha dan goyangan pantatnya yang super menggiurkan. Otakku kembali
r, tapi mengajari Tania main gitar. Tania selalu menilaiku sebagai sahabatnya yang baik, a
i, indah, luas, fasilitasnya lebih dari memadai. Mungkin sekelas hotel bintang tiga atau leb
anget, Tan." Aku tak bi
gue, karena sekarang dia baru buka usaha
Aku kembali b
a!" ucap Tania sambil menujuk kulkas mini dekat meja bundar sudut ruangan
uduk di sofa, sementara Tania meng
, baru kemarin dib
gum-kagum sambil menerima gitar yang disodorkannya. 'Harganya
n gitar tuaku. Setelah beberapa menit kemudian aku pun sud
cara memegang gitar dan seterusnya. Walau masih jauh api
ya main gitar itu, Fan!" ucap Tani
wajar. Gua waktu pertama belajar, malah sampai sebulan belum tahu
a didekatnya. Menikmati debaran-debaran aneh yang susah untuk dikendalikan. Tania pun terkadang memberikan
iang. Lalu nongkrong di balkon sambil memandangi kolam renang yang airnya sangat tenang. Beber
amit dulu ya," ucapku seraya menatap wajah
a sedikit mendengus, mungkin dia kecewa tak
aja ya. Sekarang latihan aja dulu yang tadi gua
nia dengan wajah ya
ipkan sesuatu ke dalam kantong celanaku. Sebenarnya tak enak hati mene
ggu.' Aku hanya bisa bersyukur dalam hati dan
k Cantik," ucapku menirukan ga
anti jangan lupa pake helmnya," balas Tania seraya mem
ati berdua hampir lima jam itu. Gambaran cinta dengan segala isyaratnya
a yakin dia sangat kagum sama pisang ambon lu yang super jumbo. Sikat, Bro! Tembak dia se
a mereka. Gak level sama lu! Tania cuma kagum sama permainan gitar lu aja! Sa
Si hati kotor dalam jiw
yang sudah tercipta indah. Jangan berbuat konyol yang bisa meru
*