Enough Me
ruang yang telah disiapkan. Fian hanya mengamati dari kejauhan segeromb
n beranjak bangun dari duduk nyamannya dan m
ang kelas kakak tingkat. Walau bukan tipe orang yang suka kepo, tapi kali ini dia penasaran baga
para murid dan pengajar sangat terlihat menikmati setiap materi. Fian juga, melihat di kelas sebelahnya dengan hal yang sama, wala
hanya beberapa saja. Namun, di sini terlihat beda. Apa pun mata p
dan merasa sekolah ini bagus?" pikir negatif Fian. Kehidupan di kota, kelicikan, dan juga drama adalah hal
nya karena tidak melihat jalan dengan benar saat berjalan dia pun meminta maaf. Sayangnya, G
menatap Fian dengan tatapan tidak bersahabat. Setelah, memperhatikan arah langkah Gusti yang acuh pada sekit
nya langsung membanting kursi maju hingga membuat kegaduhan di kelas, membuat Hera mengurungkan niatnya.
uk di mana?" tanya Fi
Masih ada kursi kos
sebelahku?" batin Fian dan lan
alias menjadi wali kelas. Selain itu, dia juga mengajar mata pelajaran seni budaya dan nusantara lokal. Salah satu ciri khasnya dalam mengajar
da diri sesorang. Banyak orang-orang yang berhasil di luar sana dengan mengubah kekurangan mereka menjadi suatu keku
an tidak mendapat balasan seperti Hera sebelumnya. "Oh,
peraturan umum yang ada di sekolah ini, semua wajib tau dan patuh. Kemudian beliau memulai k
a Fian lirih dengan m
Cowok itu menutup buku yang dibawanya tadi, kem
Gusti sedekat ini. Hanya berjarak beberapa puluh centimeter saja. Dada Fian tiba-tiba
punya t
ga," batin Fian sedikit emosi mendengar jawaban tidak terduga i
g ini, untuk ikut memandu pemilihan pengurus kelas?" Suara Pak Muji membua
ta dengan frem biru tua mengacungkan ja
a yang tadi mengacungkan ja
kita, ternyata mas tampan ini yang bersedia menemani saya. Sebelumnya perkenal
ru hampir keseluruhan ya
Anggap belum kenal, d
mereka sudah saling mengenal. Proses pemilihan pengurus kelas berjalan lancar, Pak
a yang selalu merasa senam jantung setiap kali di dekat cowok itu. Kini, dia hanya menyisakan penat dan berbaring di kasur tipis kamarnya. Sedikit memejamkan mata, menikmati masa re
asih merasa lengkap saat bersama ayah. Namun,
menghitung satu sampai tiga pintu akan terbuka dan menampilkan ayah. Sungguh benar, pada hitungan ketiga, decit kecil a
gkat pagi dan pulang jam dua-an adalah hal yang biasa. Kemudian malamnya ikut be