Konselor Pernikahan
ari-hari d
*
u pasca pernikahan enam belas bulan silam meski si pemberi telah terpisah ke nirwana. Karenina menyayangi benda itu, sama seperti saat ia menyayangi si pemberi yang tak mungkin lagi hadir di sisi. Komedi putar te
a yang berhak ia kenang, siapa yang perlu hilang meski perbedaannya cukup kentara dari ia yang tiada serta ia yang masih ada. Royan akan selalu terkenang,
sa dipahami semua orang-tentang kisah seorang cucu yang dibenci sang nenek sampai in
membenci, tapi bukan berarti Karenina tak memaafkannya dalam hati. Ia masih manusia yang memiliki akal sehat meski sang oma berusaha membuatnya celaka. Karenina menarik tuntutan atas w
emua telah selesa
n hidup damai sebagai mana mestinya. Karenina sudah cukup lelah melako
ita muncul di ujung barat, setiap hari terasa normal seperti seharusnya. Atas banyak hal yang terjadi, Karenina telah berjanji jika jiwa raganya haru
kehidupan Karenina hanya berputar tentang rumah, supermarket dan foodtruck. Ia lebih jatuh cinta pada aroma serta warna-warni makanan yang dibuatnya ketimbang duduk di salon memanjakan seluruh tubuh
datang ke rumah Salma mumpung Minggu tiba, untungnya Karenina masih memiliki satu hari dari seminggu untuk melakukan aktivitas selain uru
kan sang suami, seorang diri di rumah ditemani rasa sepi, ia masih menunggu sebuah tangis
adian sebagai kado pernikahan sang putri. Sedangkan kado dari Zian adalah kenaikan jabatan bagi
*
duk di sofa ruang tamu seraya menatap surat kabar edisi terbaru hari ini, Parmini yang kebe
bahasa kecewa yang tersirat dari wajah Rahadian, pria itu menarik napas panjang
an sofa ruang tamu seraya kenakan lagi kacamata, sudah sebulan Karenina tak berkunjung ke rumah, sesekali putrinya i
k sebuah cincin melingkari jari manis perempuan itu di depan banyak orang. Rahadian menyadari rumah semakin sepi setelah putrinya pindah ke rumah baru yang letaknya cukup jauh dari
-siapa yang menghiburnya, terkadang ia mengajak Parmini bicara ala kadarnya seb
wasa dengan hati sekuat baja. Terkadang banyaknya luka yang terbiasa tinggal m
rap suara yang ia dengar lekas memberi kabar kedatangannya. Rasa rindu semakin meradang. "Oh, ya? Kamu nggak bohong, kan?" Wajah yang sempat lesu akiba
merasa sepi, tapi Parmini juga-saat setiap harinya selalu melihat Karenina bolak-balik berbenah foodtruck
ik-baik
dahului Parmini yang kini mengatupkan bibir, pria itu
arnya, mau lihat bayinya yang baru lahir, Pa." Ia hanyut dalam dekapan nyaman yang d
i pelukannya, ia baru menyadari sang putri
sang eboninya, beberapa bulan silam semua berubah seperti yang diharapkan orang-orang. Karenina mudah tertawa, lebih terbuka pada orang lain d
am
baru p
apa nggak tidur di sini aja b
ran ke supermarket atau pasar pagi-pagi buat cari bahan makanan yang fresh, Pa. Apalagi me
, Denial, Zian atau anggota keluarga yang lain seringkali membujuk agar Karenina berhenti saja dari bisnis kulinernya sebab tenaga yang terlalu diforsir d
nyambut, lantas sepi lagi. Jadi, jika Karenina memasak setiap hari-siapa yang akan menghabiskan makanannya? Sedangkan perempuan itu suka sekali menjejal menu yang baru. Jadi
ag. "Ini aku beli tadi di jalan, enggak buat sendiri ya. Habisnya enggak sempat tadi pagi, udah sibuk
angsung pakai tangan kamu, di rumah ini juga." Perkataan Rahadia
ng nanti kerjaan udah kelar langsung tidur. Jadi, Karen mau numpang sara
tan. Ini kan rumah sendiri, tinggal ngambil
u a
jarang sarapan sekarang. Kalau
a Rahadian. "Papa ng
n." Ia melepas kacamatanya seraya berkedip beberapa kali. "
*