365 Days Without You
api semua itu berhasil membuat hati Reina hancur dan berantakan. Ada sesal yang menyelimuti hatinya,
erbaiki semuanya. Sayang sekali, semua ini sudah menjadi keputusan final bagi Karan dan d
a merusak bagian kecil dari kapal tersebut. Namun kini, Karan sendiri yang telah menghancu
rnikahan ini adalah pihak lelaki. Tidak mungkin kapal yang kita tumpangi ini akan hancur jika roda utamanya berusaha untuk memperbaikin
mengalah sama sekali. Apakah tidak ada cara lain lagi selain berpisah? Maksudku, setidaknya jika sama-sama
mau mendengarkan aku? Apakah dia masih mau bicara d
pa kamu tidak berusaha bicara baik-baik saja kepadanya? Mungkin saja saat ini Kar
aku upayakan untu
lipun. Pernikahan yang hanya ada pertikaian dan pertikainnya, sedikit rasa bahagia dirasakan oleh Reina dalam pernikahannya d
kembali kepadanya dan memperbaiki pernikahan mereka. Hatinya sangat hancur, perpisahan ini
, jika itu tetap dipertahankan hanya akan membuat keadaan sangat buruk. Satu sisi, dia ti
atkan, Re. Itupun jika kamu ingin me
Karan tetap pa
etelah beberapa pekan kalian berpisah
agaimana dengan hubungan ini. Mungkin meman
tu sama lain. Usia pernikahan kalian masih baru, wajar saja jika kalian masih belum saling mengenal. Apalagi k
ntinya ragu untuk melakukannya. Bukan tidak ingin, tapi Reina tidak sanggup jika menda
g yang enggan saling mengalah. Reina menyadari banyak kesalahan yang dia lakukan, tapi dia juga in
ersiteru dengan ego kalian. Jika kamu ti
olak? Di mana harga dirik
n, kamu akan menerimanya a
us pergi," lanjutnya seraya memberikan pelukkan
berikan oleh Shania. Tidak salahnya memang mencobanya, tapi rasa takut itu membuat Reina maju mundur untuk me
ran kembali dan memperbaiki segalanya. Mengakui semua kesalahannya dan mengajak Karan untuk memperbaiki pern
du. Cinta yang tumbuh untuk Karan membuatnya takut kehilangan dan tidak sanggup jika kehilangan Karan selamanya. Jan
lah ini. Satu sisi, hatiku lebih baik tanpa adanya air mata dan tidak lagi mendengar bentakan dari Karan.
ncoba merangkai kata untuk menarik kembali hatinya, agar tidak terkesan mengemis. Ah, bahkan
epada Karan bahkan tangannya tidak sanggup menuliskannya. Ada rasa takut, ada ego yang menghalangi
alah sebuah malapetaka. Kenapa juga aku harus terburu-buru untuk mengatakan perpisahan? Kenapa semuanya menjadi b
ba mencari tahu kontak pemilik yayasan, salah seorang guru yang begitu dekat dengan Karan. Beliau juga yang menampung Karan
wa campur tanganmu akan jauh lebih baik daripada
AMBU