/0/28057/coverorgin.jpg?v=f3b4efcf5a91765b6e671e1a7eb8bdcb&imageMogr2/format/webp)
“Apa kau mau duduk sebangku denganku lagi?” Elias mengatakannya dengan serius kepada seorang wanita berambut putih, yang menggunakan pita merah di rambutnya. Wanita itu terkejut, mukanya memerah, dan jantungnya berdebar seketika.
****
Tahun 2001, ketika semester baru dimulai, Ilya, dan murid-murid lain berkumpul di aula sekolah. Tepatnya mereka ada di depan papan pengumuman pembagian kelas XI. Tetapi anehnya, meskipun sudah melihat secara keseluruhan, Ilya tidak menemukan nama Elias. Perasaan cemas meliputi Ilya, apa Elias tidak sekolah di sini lagi? Apakah ucapan Elias hari itu tidak ada artinya?
“Ilya!!” Seorang pria berlari menghampiri Ilya.
Ilya menengok ke arah pria itu, “Robert? Kenapa kau berlari sampai terengah-engah begitu?” tanya Ilya keheranan.
“E-Elias..”
Melihat Robert panik membuat Ilya takut, apakah sesuatu terjadi pada Elias? “Apa yang terjadi padanya?”
“Baru saja kemarin aku dengar kabar. Elias sudah pindah saat liburan kenaikan kelas kemarin. Rumahnya kosong, aku juga tidak tahu kapan pastinya, karena aku sekeluarga tengah berlibur ke luar negeri. Tapi yang kudengar dari tetangga, ada penembakan di keluarga mereka, hanya Elias yang selamat. Aku pikir Elias akan menghubungimu,” teman Elias itu terlihat murung.
“Deg...” Rasanya jantung Ilya berhenti sejenak. Penembakan? Hal mengerikan seperti itu juga terjadi padanya?? Ilya jadi mengerti, mengapa selama liburan, SMS yang ia kirim kepadanya, tidak kunjung mendapat balasan.
Pagi esoknya, setelah menghadap wali kelas, Ilya mendapat kontak panti asuhan yang merawat Elias. Entah apa yang terjadi, sehingga seorang mengaku dirinya adalah ibu panti, mengambil hak asuh atas Elias. Ilya berusaha menghubungi nomor telepon panti itu, namun tidak ada yang menjawab. Bahkan Ilya juga tidak menemukan nama panti itu di internet. Apa hanya sampai seperti ini, apakah ia tidak bisa bertemu lagi dengan Elias? Tidak ada yang bisa Ilya lakukan, Ilya menyerah, dan hanya bisa berharap akan keajaiban.
****
Sepuluh tahun kemudian, Ilya mendapat sebuah telepon dari Mira, teman kuliahnya.
“Ilya ada kabar baik, bukankah kau sedang mencari pekerjaan? Perusahaanku bekerja sedang membuka lowongan bagian data analis.”
Ilya pun memberanikan diri, mengambil tawaran temannya, Mira. Ilya memutuskan pergi ke sebuah desa di pulau yang dikelilingi oleh laut. Desa yang luas, terkenal dengan cuaca sejuk, dan periode malam yang lebih panjang dari siang harinya, yang dikenal dengan Desa Wilhem.
Perusahaan Casie, meski perusahaan ini berada di pulau, Ilya terkejut melihat gedung yang begitu tinggi.
“Permisi, Aku di sini untuk wawancara,” ucap Ilya pada seorang resepsionis.
“Ilya!!! Sebelah sini!” ucap seorang wanita berambut panjang pirang melambai tangan ke arah Ilya.
“Mira!!” Ilya mendekati teman yang meneleponnya beberapa hari lalu itu.
Mira lalu mengantar Ilya ke ruangan CEO perusahaan itu.
“Apa kau gugup?”
“Sedikit.” Ilya menggerakkan tangannya terus, tidak bisa diam.
“Tenang saja, dia orangnya tidak galak kok. Malahan dia itu tampan!” ucap Mira dengan senyum berseri di wajahnya. Mira menyemangati Ilya lalu pergi setelah mereka berdua sudah sampai di depan ruangan CEO.
Ilya menarik napas dalam-dalam. “Semangat Ilya, kamu pasti bisa!” ucap Ilya menyemangati dirinya sendiri.
“Krieett!” Ilya membuka pintu perlahan, dan begitu terkejut. Jantungnya seperti mau meledak saat itu juga. Bagaimana mungkin setelah tahun-tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka berdua kembali?
Ilya tidak habis pikir, Elias... Orang yang sudah lama menghilang itu kini ada di depannya, tengah duduk di meja dengan kemeja, dan jas yang rapi. Ilya berlari menghampiri pria di hadapannya itu. “Elias? Kau Elias kan?? Apa kau ingat aku? Ilya Iris, teman sebangkumu waktu kelas 10!!”
/0/14143/coverorgin.jpg?v=c7b55f07a863a761e79a316a94bb287d&imageMogr2/format/webp)