searchIcon closeIcon
Batalkan
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

balasan saranghae

Gairah Citra dan Kenikmatan

Gairah Citra dan Kenikmatan

Juliana
Seto lalu merebahkan tubuh Anissa, melumat habis puting payudara istrinya yang kian mengeras dan memberikan gigitan-gigitan kecil. Perlahan, jilatannya berangsur turun ke puser, perut hingga ke kelubang kenikmatan Anissa yang berambut super lebat. Malam itu, disebuah daerah yang terletak dipinggir kota. sepasang suami istri sedang asyik melakukan kebiasaan paginya. Dikala pasangan lain sedang seru-serunya beristirahat dan terbuai mimpi, pasangan ini malah sengaja memotong waktu tidurnya, hanya untuk melampiaskan nafsu birahinya dipagi hari. Mungkin karena sudah terbiasa, mereka sama sekali tak menghiraukan dinginnya udara malam itu. tujuan mereka hanya satu, ingin saling melampiaskan nafsu birahi mereka secepat mungkin, sebanyak mungkin, dan senikmat mungkin.
Romantis R18+KeluargaFantasiPengkhianatanCinta yang dipaksakanBudak seksualJeniusUrban
Unduh Buku di App

"Bu, hari ini Ibu libur kerja kan? Kalau Ibu libur, rencananya saya mau ke salon sebentar. Boleh kan, Bu?"

Yuni, Asisten Rumah Tangga sekaligus pengasuh Silla, anak perempuan semata wayang kami bertanya saat aku sedang konsentrasi mengupas kentang dan wortel yang rencananya akan dimasak bersama ayam yang sudah dipotong kecil-kecil untuk diolah menjadi sup ayam, kesukaan Silla dan Mas Arman, suamiku.

Di hari Sabtu dan Minggu seperti ini yang merupakan hari libur kerja, aku memang biasanya terjun sendiri ke dapur untuk menyiapkan makanan buat Silla dan Mas Arman yang sekali-kali kadang ingin juga mencicipi masakan istri dan ibunya ini.

Jadilah, pagi ini selepas salat subuh aku bergerak menuju dapur dan berkutat dengan alat dapur sementara Yuni kusuruh bersih-bersih rumah.

Namun, belum selesai ia membersihkan bagian dapur di mana aku sedang beraktivitas saat ini, Yuni sudah minta diizinkan keluar.

"Kamu mau ngapain ke salon? Potong rambut?" tanyaku sembari menoleh padanya.

Kulihat rambut ART-ku itu memang sudah panjang hingga melewati batas bahu. Mungkin itu membuatnya gerah saat melakukan pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawabnya dan membuatnya ingin segera memotong rambut.

Namun, di luar dugaan, gadis itu justru menggelengkan kepalanya.

"Bukan, Bu. Mau perawatan aja. Facial, creambath sama luluran. Mungkin agak lama makanya Yuni izin dulu," ucapnya sembari melempar pandangan ke samping seolah ingin menghindari kontak mata denganku.

Facial? Luluran? Ups, apa mungkin aku saja yang kurang suka pergi ke salon karena berpikir semua itu bisa dilakukan di rumah seperti yang selama ini kulakukan?

Ya. Aku memang lebih suka melakukan treatment sendiri di rumah. Setelah membeli produk kecantikan dan skin care yang diperlukan maka aku akan melakukan perawatan sendiri di kamar ketimbang jauh-jauh pergi ke salon. Lebih efisien soal waktu dan biayanya menurutku. Lumayan bisa menghemat uang juga karena tak perlu membayar jasa si mbak salon. Bukan hanya luluran, facial dan creambath pun semuanya dilakukan sendiri di waktu-waktu senggang, seperti hari libur begini.

Namun, mungkin diriku beda dengan Yuni yang sepertinya rela menguras uang gajinya demi bisa perawatan di salon.

Kulihat pakaian gadis berusia dua puluh dua tahun itu sudah rapi. Kaos ketat dipadu dengan rok pendek selutut membalut tubuhnya yang tinggi, langsing dan semampai, membuat penampilan ART-ku itu terlihat cantik dan seksi. Wajahnya yang lumayan manis juga dipoles make up tipis. Siap pergi.

"Izinin aja Ma. Yuni kan juga butuh refreshing. Capek di rumah terus jagain Silla dan beres-beres rumah. Sekali-kali mungkin pengen keluar," celetuk Mas Arman tiba-tiba dari balik sekat ruang tengah menuju dapur.

Senada dengan Yuni, penampilan Mas Arman pun terlihat rapi. Kaos brand ternama dipadu Jeans dari merek terkenal melekat di tubuhnya. Membuat penampilan lelaki berusia tiga puluh dua tahun itu terlihat modis dan enerjik. Mas Arman memang tampan. Tak salah jika banyak wanita menyukainya meski sudah beristri.

Mendengar celetukan suamiku yang kelihatannya memaklumi keinginan Yuni, aku pun hanya mengangkat bahu dengan pasrah. Ya mungkin sekali-kali gadis itu juga perlu waktu untuk refreshing dari penatnya mengerjakan pekerjaan rumah.

Tak mengapa sekali-sekali kuizinkan gadis itu keluar asal tidak berlama-lama karena aku juga perlu istirahat siang nanti setelah lima hari capek berkutat dengan pekerjaan di kantor. Hari ini harusnya bisa istirahat setelah capek mengolah masakan di dapur, tetapi tak bisa karena Yuni hendak pergi.

"Ya sudah. Pergi aja, Yun. Tapi jangan lama-lama ya, kalau bisa jam 2 udah di rumah. Minta mbaknya jangan lama-lama ngelulurnya biar siang udah bisa pulang. Oke?" sahutku sembari memasukkan potongan kentang dan wortel ke dalam panci, siap untuk direbus bersama potongan daging ayam yang sudah lebih dulu direbus di atas kompor.

"Baik, Bu. Kalau gitu Yuni berangkat dulu ya, Bu. Permisi...." Yuni menyampirkan sling bag di pundaknya lalu berjalan keluar rumah dengan langkah pelan setelah melempar pandang sekilas pada Mas Arman. Entah apa maksudnya, tapi aku hanya menganggap itu ungkapan minta diri.

Sepeninggal Yuni, Mas Arman beranjak menuju kamar dan kembali lagi dengan penampilan rapi dan tubuh tercium bau wangi parfum yang khas, membuatku bertanya-tanya di dalam hati. Mas Arman mau kemana kok jadi ikut-ikutan mau pergi, bukannya memilih me time di rumah mengingat waktu kami berkumpul hanya bisa dilakukan pada saat hari libur kerja seperti ini?

Belum sempat bertanya, Mas Arman sudah duluan membuka mulutnya.

"Mas, juga mau keluar sebentar ya, Nis? Mau cari angin dulu di stadion. Silla juga lagi nonton teve. Jadi kamu bisa nerusin masak tanpa terganggu sama dia. Oke?" ucapnya dengan nada tenang seolah-olah tak tahu perasaanku yang mendadak bertanya-tanya sendiri kenapa saat Yuni baru saja pergi, Mas Arman juga minta izin keluar rumah? Ada apa ini?

Melihat Mas Arman meraih kunci mobil, aku hanya diam sembari menepis prasangka yang menyelusup dalam benak.

Ah, apa mungkin kepergian Mas Arman ada kaitannya dengan kepergian Yuni? Tapi tidak mungkin! Terlalu rendah dan tak dewasa rasanya jika menuduh Mas Arman berbuat yang tidak-tidak dengan pembantu itu. Terlalu paranoid rasanya.

"Ya, sudah. Pergi saja tapi jangan lama-lama ya, Mas. Soalnya aku mau istirahat siang, capek dan ngantuk. Jadi nanti gantian ya awasi Silla," ujarku yang disambut Mas Arman dengan anggukan kepala tanda setuju.

Baca Sekarang
BALASAN SETIMPAL UNTUK PENGKHIANATAN SUAMIKU

BALASAN SETIMPAL UNTUK PENGKHIANATAN SUAMIKU

Aura_Aziiz16
Orang ketiga bisa hadir darimana saja tak terkecuali dari orang yang kita pekerjakan di rumah kita sendiri.
Romantis Cerita MenegangkanModernPengkhianatan
Unduh Buku di App
Balasan Setimpal Untuk Suami & Selingkuhannya

Balasan Setimpal Untuk Suami & Selingkuhannya

Reski
Kisah istri yang berjuang membalas sakit hatinya, setelah dikhianati sang suami.
Romantis
Unduh Buku di App
Yuk, baca di Bakisah!
Buka
close button

balasan saranghae

Temukan buku-buku yang berkaitan dengan balasan saranghae di Bakisah