Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Seorang pria berusia hampir tiga puluh tahun, terlihat sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Tangan dan matanya saling bekerjasama dalam mengecek setiap dokumen hasil kerja para karyawan. Lembar demi lembar diperiksa, agar tidak ada satupun yang luput dari perhatian.
Dia adalah Park Min Jun, CEO muda dari perusahaan bernama Star P. Corporation. Minjun terpaksa menggantikan posisi sang Ayah karena beliau masih terbaring di rumah sakit akibat kecelakaan tempo hari.
Minjun menghela napas bosan. Pekerjaan ini bukannya berkurang malah kian bertambah seiring waktu. Dirinya menatap ponsel di samping, iseng menyalakan lagu dari aplikasi legal. Karena penasaran dengan Top Star Music dalam aplikasi tersebut, Minjun memutarnya, mencoba mendengarkan.
“Lagu ini cukup bagus," Minjun tertarik dengan sosok si penyanyi. Ia segera membuka aplikasi Metube dan mengetikkan judul lagu di layar ponsel.
Beberapa menit menonton acara TV yang dibintangi penyanyi perempuan itu. Sekujur tubuhnya mendadak seperti tersentak. Cahaya dalam mata berubah, terlihat dingin dan menajam secara bersamaan. Saat itu, keduanya langsung tertuju pada tayangan video di ponsel. Seketika dirinya tampak senyum miring.
***
“Si-siapa kau? Lepaskan aku b r e n g s e k!” pekik seorang gadis dengan mata tertutup kain.
Kondisinya kini sangat mengenaskan. Dia Lee Hayi, yang terbiasa berdiri di atas panggung megah dan diteriaki oleh para penggemar, kini terjebak di sebuah tempat yang tak dikenal. Dengan tangan dan kaki terikat oleh seutas tali, berada tepat di tengah ranjang.
Terdengar bunyi pakaian yang dilempar ke lantai. Gadis itu mulai gelisah. Dia bisa mendengar detak jantungnya sendiri.
Orang itu, entah siapa. Gadis itu bahkan tidak tahu jenis kelaminnya apa. Tapi firasatnya mengatakan, ia sedang bersama seorang maniak!
“Ja-jangan mendekat! Kuperingatkan kau. Jangan sekali-kali melangkahkan kakimu itu lagi!” Si gadis menggertak, dengan suara yang mulai bergetar karena ketakutan. Ingatannya pun segera diputar balik, saat dirinya belum berada dalam kondisi seperti sekarang.
Kilas balik yang tergambar, ketika ia masih berada di pesta perayaan debut solo artis satu agensi.
“Ric, selamat ya atas debut solomu,” ucap Hayi sembari menebarkan senyum terbaik dan menyalami tangan penuh tato.
Richard, seorang artis pendatang baru. Dia tersenyum dengan daun telinga yang memerah. Lantas membalas uluran tangan Hayi sambil berkata, “Terima kasih, Kak Hayi!”
Kemudian Hayi mencoba menggodanya dengan berbisik tetap di telinga, “Kau juga jadi sangat tampan sekarang. Berbeda dari biasanya," Sembari melirik setelan jas yang dikenakan Richard seraya mengedipkan sebelah mata.
Richard tambah salah tingkah, dia membenarkan dasi sebagai bentuk ungkapan rasa gugupnya. Melihat juniornya yang seperti itu, tanpa segan Hayi memukul pundaknya keras-keras, “Aku bercanda, Richard. Jangan terlalu tegang lah!” Sambil menyunggingkan senyum jenaka.
“Ha-ha-ha, begitu ya?”
Richard, dia berusaha tertawa bersama Hayi. Namun, terdengar seperti dipaksakan. Semoga dia bisa beradaptasi dengan seniornya yang agak usil.
Setelah mengobrol sebentar dengan Richard, Hayi beralih menyapa yang lain hingga ke sudut-sudut gedung.
Akhirnya dia bisa duduk di meja bundar dengan manajer dan teman-teman satu agensi. Akan tetapi, akibat kebiasaan minumnya yang tidak dapat dikontrol, Hayi mabuk berat karena terlalu banyak minum Soju—minuman beralkohol.
Ah, Hayi ingat sekarang. Ada seseorang tak dikenal memaksanya masuk ke mobil. Teman-teman dan manajer tidak tahu karena mereka sedang pergi sebentar.
Tiba-tiba kepalanya berdenyut seperti diremas. Bayangan tentang siapa yang menculik pun muncul. Tampak samar, tapi masih bisa dikenali bahu lebarnya.
Orang itu … seorang pria!
Ranjang mendadak berderit. Hayi sangat yakin si penculik sudah sangat dekat posisinya.
“Coba panggil namaku, Park-Min-Jun.”
Tidak tahu apa maksudnya menyebutkan nama. Mungkin dia tidak takut ditangkap polisi. Atau jangan-jangan kriminal itu yakin korbannya tidak akan bisa kabur, makanya bisa sesantai itu dalam bertindak.
“Aku tidak peduli! Cepat lepaskan aku!” teriak Hayi sambil meronta-ronta. Namun, tak ada yang terjadi.
“Kau ... kau jadi sangat imut, aku suka.”
Bibir digigit, telapak tangan terasa berkeringat selepas mendengar kalimat tersebut. Sebuah susunan kata yang membuat Hayi baru sadar dengan apa yang terjadi sekarang. Karena sekeras apapun usaha yang dilakukannya, tidak akan bisa membuatnya lepas dengan mudah tanpa mengalami kerugian.