Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
"Allea, apa kau sudah membeli tiketnya untuk besok?" tanya Adeline.
"Ya, tunggu sebentar." Aku membuka ranselku dan mengeluarkan empat tiket bioskop, yang telah ku beli lewat calo.
Aku menunjukkan empat tiket itu, "Ini dia tiketnya!"
"Aku yang simpan atau mau dibagikan saja, agar masing-masing menyimpan tiket?" tanyaku sambil lirik satu persatu wajah temanku.
Serempak ketiga temanku, Adeline, Serra dan Liliana menjawabnya, "Kau saja yang simpan."
Besok libur sekolah, aku dan temanku akan menonton bioskop pada hari sabtu sore. Aku sudah membeli tiketnya lewat calo. Kami akan menonton film horor.
"Besok jangan ada yang telat. Aku tidak mau menunggu!" ucapku sambil memegang pinggang.
"Liliana?" aku memanggil Liliana yang sedang sibuk bercermin merapikan poni, dan dia tidak merespon panggilan ku.
"Kalau ada yang telat kita tinggalin, kan?" ucap adeline sambil menyenggol lenganku lalu, mengedipkan mata.
"Lihat! Lihatlah dia, dia malah sibuk dengan poninya dan bercermin!" tambah Serra dengan menunjuk ke arah Liliana.
Liliana tidak menghiraukan ucapan kami, dia tetap fokus merapikan poninya.
Adeline dengan kesal berkata, "Abaikan saja dia, jika nanti kakinya tersandung, aku akan menertawakan nya dengan keras hahah."
Liliana langsung melirik Adeline dengan memasang wajah masam, lalu membuang wajahnya.
Setelah lama membenarkan poninya, Liliana pun berbicara dengan nada lemah dan lembut, "Kalian tidak akan tega meninggalkan Putri cantik, sepertiku."
Aku, Adeline dan Serra hanya tertawa mendengar ucapannya.
"Ya, ya. Putri cantik, dimohon untuk besok tidak telat datang," jawabku dengan menirukan seorang pengawal kerajaan.
"Baiklah, aku berjanji tidak akan telat datang," ucap nya memasang wajah yang tidak bisa dipercaya.
"Kita akan bertemu di depan bioskop tepat pukul empat sore, ok?" seru Adeline.
"Kalau nanti kau melanggar janjimu, aku akan mencongkel kedua bola matamu dengan jariku sendiri!" tambah Adeline dengan melotot ke arah Liliana.
Liliana tersenyum manis, "Percayalah! Aku tidak akan berbohong padamu."
Serra pun menyahut nya, "Kau selalu saja berkata 'aku tidak akan berbohong padamu', tapi apa kenyataanya?"
Aku, Serra dan Adeline kompak menjawab, "Berbohong!"
Liliana memasang wajah tanda tanya, "Kapan aku berbohong pada kalian? Kapan, dimana, dan bagaimana aku berbohongnya?"
"Tanyakan saja pada dirimu sendiri," jawab Serra.
Kami berempat akan keluar dari area sekolah dan melewati gerbang.
Di depan gerbang, ada satpam yang berjaga. Kami pun menyapa satpam sekolah dengan tersenyum ramah, "Selamat sore, Pak. "
"Selamat sore, juga. Hati-hati dijalan."
Setelah itu, Liliana mendekatiku dan memegang lengan ku, lalu menggoyangkannya sambil berkata, "Allea, jawab pertanyaanku!"
"Pertanyaan apa?"
"Pertanyaan yang tadi."
"Oh, pertanyaan yang itu?"
"Iya." Liliana menganggukkan kepalanya dengan memasang wajah bersedih.
"Coba kau tanyakan pada Serra."
"Ah, malas!" jawab Liliana sambil melepaskan tangannya dari lenganku.
Beberapa menit kemudian, kami berjalan menuju halte bus sambil berbicara mengenai sekolah hari ini.
Ada kejadian lucu waktu di kelas, Liliana menggoda teman pria sekelas kami, sehingga pria itu mentraktirnya makanan.
Aku penasaran padanya, jurus apa yang telah dikeluarkan Liliana, sehingga pria itu takluk padanya.
"Hei, hari ini kau pergi les?" tanya Adeline pada Serra.
Serra menganggukkan kepala, "Rasanya, kepalaku ingin meledak."
"Memangnya, kau tidak boleh bolos sehari saja, ya?" tanya Liliana.
Serra hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala.
"Kasihan.." ledek Liliana
"Semangat!" ucapku.