/0/26438/coverorgin.jpg?v=a62374ef56376f88395da900a2247285&imageMogr2/format/webp)
"Kok bisa ya, acara seperti itu bisa sampai berkenalan dengan perempuan cantik dan ceritanya dibawa ke rumah."
Semua yang hadir menatap wajah Istri Uzair.
"Acara yang dimaksud itu acara seperti apa?."
"Terus cerita perempuannya seperti apa?."
"Iya, mbak ini bikin kita jadi makin penasaran saja.
"Kita kan nggak tahu pokok ceritanya."
"Masa suami-suami kalian nggak cerita. Kalau suamiku, dia pasti akan bercerita setiap dia keluar dan pulang dari mana."
"Berbeda-beda Mbak, ada yang tipe pencerita dan ada juga yang tidak."
"Iya juga sih, ya cuman kalau suamiku itu dia pasti bercerita. Karena kesepakatannya sebelum dia terpilih, dia harus bercerita tentang apapun kepada saya. Jika tidak saya akan lebih rela dia berhenti dari semua jabatannya daripada kami harus bermasalah dengan rumah tangga kami. Kami sudah sepakat dengan kesepakatan itu. Itu sebabnya dia tidak mau kalau dia akhirnya menghianati kesepakatan yang sudah kami buat bersama."
"Enak sekali ya. Bisa ada kesepakatan-kesepakatan segala macam."
"Iya dong. Kita ini perempuan. Kita harus pintar. Jangan sampai kita nanti justru dimanfaatkan oleh laki-laki."
"Buat apa punya uang banyak, rumah mewah tapi kalau kenyataannya suami kita berhianat. Malah akan membikin sakit nantinya."
"Bener juga sih Mbak tapi kalau Mas Narto dia tidak akan mungkin mau diajak bersepakat seperti itu. Bisa-bisa malah kami bercerai."
"Akan jauh lebih baik bercerai daripada harus menanggung derita di rumah kita sendiri. Setiap hari kita menyiapkan makannya, tidurnya, pakaiannya, mencintainya dan menyayanginya. Ternyata suami kita malah berkhianat dan tidak jujur terhadap kita.
Terus untuk apa?"
"Iya nggak sih," kata istri Uzair meminta persetujuan teman-temannya yang ada di Kafe tersebut.
"Kenapa hanya diam dan memperhatikan saja sambil tersenyum sendiri begitu?."
"Nggak pa pa."
"Dia tidak terlalu banyak bicara. Dia hanya akan menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya ataupun permintaan akan komentar yang disampaikan untuknya. Selain itu dia tidak akan mungkin bercerita."
"Diantara kita ini yang paling sukses berkarir itu kan sebenarnya Bu Gava."
"Kira-kira, bagaimana rumah tangga Bu Gava?. Terganggu tidak dengan aktivitas suaminya setelah dia terpilih menjadi wakil rakyat?," tanya Bu Narto.
Bu Narto adalah perempuan yang paling centil, paling suka sewot dan juga paling gaul di antara teman-teman sesama istri anggota legislatif.
Gava hanya tersenyum menanggapi pertanyaan yang ditujukan kepada dirinya.
"Pertanyaan ini buat saya ya?" tanya Gava kepada yang lainnya sambil matanya yang sayu itu menatap ke kanan dan ke kiri.
Ibu-ibu yang lainnya justru tersenyum. Mereka sepertinya sudah sangat mengenal bagaimana keseharian Gava.
"Iya Bu Gava. Kami menanyakan tentang rumah tangga njenengan bagaimana?."
"Tidak ada yang istimewa dalam rumah tangga saya. Semuanya biasa-biasa saja. Suami saya juga masih pulang ke rumah. Masih baik. Masih memberikan gajinya kepada saya dan juga masih tetap tersenyum setiap pagi. Saya pikir itu sudah cukup. Itu sudah jadi bagian dari rasa syukur saya memiliki Mas Rasyid sebagai suami."
"Nah itu yang benar. Tidak usah curiga yang berlebihan terhadap suami kita. Biarkan saja setiap orang itu memiliki ujian hidupnya masing-masing. Apa yang terjadi pada orang lain kita jadikan kaca dalam kehidupan kita. Mungkin bisa kita mengambil pengalaman dan pelajaran tapi tidak sepenuhnya semuanya sama kan?."
Gava mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda setuju pada apa yang disampaikan oleh Ibu Ani.
"Tapi sebenarnya bisa juga didengarkan cerita dari Bu Uzair tadi."
"Ada cerita apa dari suaminya Bu Uzair yang mungkin kita tidak tahu kan?."
"Iya Bu Uzair. Ceritanya tentang apa sih. Cerita dong ke kita!"
"Begini. Kemarin waktu ada acara kan mereka menginap di hotel. Nah di sana itu, ternyata pelayanannya luar biasa. Orangnya baik-baik, resepsionisnya ramah-ramah. Manajernya cantik, Ownernya juga cantik. Sampai-sampai saat berbelanja ke pusat perbelanjaan dan oleh-oleh, ownernya sama manajernya yang cewek itu juga ikut sama rombongannya suami-suami kita."
"Masak Bu seperti itu. Kok bisa sampai ikut begitu. Ceritanya bagaimana?"
/0/3546/coverorgin.jpg?v=3be323c4fbaf9aeb863488847af3a7bf&imageMogr2/format/webp)
/0/16722/coverorgin.jpg?v=fdd672cd45fafe936653d7a985e6cde9&imageMogr2/format/webp)
/0/28848/coverorgin.jpg?v=9ff5f54c52ecac9586d2d0e9bb5d3f1a&imageMogr2/format/webp)
/0/2203/coverorgin.jpg?v=0cb8bb80e668133227e7dc2de2ca1b3c&imageMogr2/format/webp)
/0/2349/coverorgin.jpg?v=dd0a05c01c858512eced3c620181d0d4&imageMogr2/format/webp)