/0/22082/coverorgin.jpg?v=ad2b0922cd8b095696d41f8ce878db88&imageMogr2/format/webp)
Namaku Alina Wijaya, seorang dokter residen yang akhirnya bertemu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh.
Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa, saat aku menemukan tunanganku, Ivan, tidak sedang rapat dewan direksi, melainkan berada di sebuah mansion megah bersama Kiara Anindita, wanita yang katanya mengalami gangguan jiwa lima tahun lalu setelah mencoba menjebakku.
Dia tidak terpuruk; dia tampak bersinar, menggendong seorang anak laki-laki, Leo, yang tertawa riang dalam pelukan Ivan.
Aku tak sengaja mendengar percakapan mereka: Leo adalah putra mereka, dan aku hanyalah "pengganti sementara", sebuah alat untuk mencapai tujuan sampai Ivan tidak lagi membutuhkan koneksi keluargaku. Orang tuaku, keluarga Wijaya, juga terlibat dalam sandiwara ini, mendanai kehidupan mewah Kiara dan keluarga rahasia mereka.
Seluruh realitasku—orang tua yang penuh kasih, tunangan yang setia, keamanan yang kukira telah kutemukan—ternyata adalah sebuah panggung yang dibangun dengan cermat, dan aku adalah si bodoh yang memainkan peran utama. Kebohongan santai yang Ivan kirimkan lewat pesan, "Baru selesai rapat. Capek banget. Kangen kamu. Sampai ketemu di rumah," saat dia berdiri di samping keluarga aslinya, adalah pukulan terakhir.
Mereka pikir aku menyedihkan. Mereka pikir aku bodoh. Mereka akan segera tahu betapa salahnya mereka.
Bab 1
Lima tahun. Selama itulah mereka bilang Kiara Anindita telah pergi. Lima tahun sejak dia pura-pura mengalami gangguan jiwa setelah mencoba menjebakku karena membocorkan rahasia perusahaan, sebuah tindakan yang hampir menghancurkan karier medisku. Tunanganku, Ivan Gunardi, dan orang tuaku, keluarga Wijaya, telah meyakinkanku bahwa dia dikirim pergi untuk berobat, dipermalukan dan disingkirkan dari kehidupan kami selamanya.
Aku percaya pada mereka. Aku adalah Alina Wijaya, seorang dokter residen, yang akhirnya bersatu kembali dengan keluarga kaya raya yang telah kehilangan aku sejak kecil. Aku punya orang tua yang menyayangiku dan tunangan yang tampan dan sukses. Aku aman. Aku dicintai. Semua itu adalah kebohongan yang sempurna dan rapuh.
Kebohongan itu hancur berkeping-keping pada hari Selasa.
Ivan seharusnya sedang rapat dewan direksi. Dia mengirimiku pesan, "Mikirin kamu. Kayaknya bakal lembur malam ini. Nggak usah ditungguin ya."
Tapi aku ingin memberinya kejutan. Aku baru saja menyelesaikan shift 36 jam yang melelahkan di rumah sakit dan langsung pergi ke kantornya, Gunardi Medika, dengan membawa martabak kesukaannya. Satpam di lobi memberiku senyum sopan. "Pak Ivan sudah pergi sekitar satu jam yang lalu, Dokter Alina."
Sebuah firasat buruk mulai menjalari perutku. Aku meneleponnya. Ponselnya berdering sekali, lalu langsung masuk ke pesan suara. Aku mencoba pelacak di mobilnya, fitur yang baru sekali kugunakan saat dia lupa memarkir mobilnya di garasi mal yang sangat besar. Titik yang bersinar di layar ponselku tidak berada di rute biasanya. Mobilnya menuju ke sebuah kompleks perumahan mewah di sisi lain Jakarta, tempat yang bahkan belum pernah kudengar.
Aku mengemudi, tanganku mencengkeram setir dengan erat. Firasat buruk di perutku semakin menjadi-jadi, mengencang di setiap kilometer yang kutempuh. Alamat itu membawaku ke sebuah mansion modern yang megah, lampunya menyala terang, musik terdengar sampai ke taman yang terawat rapi. Kelihatannya seperti ada pesta.
Aku memarkir mobil di ujung jalan dan berjalan menuju rumah itu. Melalui jendela kaca dari lantai ke langit-langit, aku melihat pemandangan yang tidak masuk akal. Dan kemudian, aku melihatnya. Tunanganku, Ivan. Dia tidak mengenakan setelan jas. Dia mengenakan pakaian kasual, senyum santai terpasang di wajahnya.
Dia sedang menggendong seorang anak laki-laki di pundaknya, mungkin berusia empat atau lima tahun. Anak itu tertawa terkekeh-kekeh, tangan mungilnya memegang rambut gelap Ivan.
Dan kemudian aku melihat wanita yang berdiri di samping mereka, tangannya bertumpu di lengan Ivan.
Kiara Anindita.
/0/29740/coverorgin.jpg?v=498ec92023b9e068b41f744dca672409&imageMogr2/format/webp)
/0/29740/coverorgin.jpg?v=498ec92023b9e068b41f744dca672409&imageMogr2/format/webp)