Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
KRING!
Bel masuk berbunyi. Semua murid berlarian masuk ke ruang kelasnya masing-masing. Tidak terkecuali dengan Ayana Ryandra Udara. Gadis cantik yang dikenal pembuat onar.
“Ayo cepat, nanti kita di hukum lagi,” ucap gadis itu meneriaki temannya yang berlari di belakang.
“Capek, Ay,” sahut Farah, gadis yang berlari di belakang Ayana.
“Udah ayo cepetan,” Ayana menarik pergelangan tangan Farah, lalu mengajaknya berlari lebih cepat.
Ayana membuka pintu kelas dengan pelan, melihat situasi kelas yang belum ramai. “Oke, aman,” ucapnya tersenyum.
“Cepat banget sih lo larinya, capek gue,” gerutu Farah.
“Mangkanya Far, kalau ada waktu luang tuh olahraga, bukan malah nonton drakor!” sahut Ayana sembari duduk di kursinya.
“Sambil menyelam minum air Ay, jadi olahraga sambil nonton drakor,” Farah menyeringai tak berdosa.
Brakkkkk! Seseorang membuka pintu kelas dengan keras. Membuat semua orang yang berada di kelas melihat ke arahnya. “Guys, ada kabar baik,” ucap seorang gadis di tengah pintu.
“Apa?”
“Kita pulang cepat?”
“Jam kosong?”
“Sekolah ditutup?”
“Atau, kita semua langsung lulus?”
Gadis itu menghela napasnya berat, senyum di bibirnya sedikit memudar. “Bukan itu!”
“Apa?”
“Kelas kita akan ada anak baru. Ganteng banget,” ucap Megan dengan heboh.
“Serius? Kira-kira tingkat kegantengannya kayak siapa?” tanya Ayana polos.
“Ji Chang Wook? Lee Seung Gi? Atau Song Jong Ki?” tanya Jihan ikut berbicara.
“Atau Song Kang?” ucap Gaeun ikut bersuara.
“Setingkat lah pokoknya!” jawab Megan.
“Tipe gue banget,” ucap Ayana seraya tersenyum.
“Selamat pagi anak-anak,” ucap Bu Silvi memasuki ruang kelas bersama dengan seorang pria yang berjalan di belakangnya.
“Pagi Bu,” sahut murid kompak.
“Ganteng,” ucap Ayana yang fokus pada pria yang berada di samping Bu Silvi.
“Ibu akan kenalkan kalian pada anak baru. Namanya Argatha Bumi Yudisthira, dia pindahan dari Bali” ucap Bu Silvi.
“Bu, Argatha duduk sama saya aja, samping saya kosong loh Bu, mubazir kalau dianggurin” ucap Ayana menyeringai.
“Huuuuu! Modus lo, Ay!” Gerutu murid lain.
“Jangan Bu, nanti digodain terus sama Ayana, Bu” ucap Farah.
“Ussttt! Sirik aja lo semua,” sahut Ayana.
Seketika suasana kelas menjadi riuh karena ocehan siswi-siswi di kelas melihat siswa tampan di kelasnya.
“Sudah, sudah. Argatha silahkan duduk di samping Ayana” ucap Bu Silvi.
“Baik, terima kasih Bu” ucap Argatha, lalu ia berjalan menuju kursi gadis itu.
Kedua sudut bibir Ayana mengembang dengan sangat lebar saat menyambut kedatangan pria itu. “Silahkan,” ucap gadis itu menyuruh Argatha duduk di kursi yang berada di sampingnya.
Pria itu menaruh tas nya, lalu menghadap ke depan, memperhatikan Bu Silvi yang sedang berbicara.
“Kenalin, nama gue Ayana, siswi paling cantik di SMA Unasa,” ucapnya dengan pelan.
“Iya,” jawab Argatha singkat.
“Nama lo siapa?” tanya Ayana lagi.
“Kan lo udah tau tadi,” jawab Argatha datar.
“Ihh, dingin banget sih nih cowok,” umpat Ayana dalam hati.
Jam pelajaran pertama pun selesai. Beberapa murid berhamburan keluar kelas. Kantin adalah tujuan utama mereka untuk menghabiskan waktu seusai bertempur dengan pelajaran.
“Argatha mau ke kantin nggak?” tanya Ayana.
“Nggak,” jawab Argatha singkat.
“Argatha puasa?” tanya Ayana.
Gadis itu mendekatkan wajahnya dengan pria itu. Membuat pria itu terkejut. “Lo ngapain sih dekat-dekat?” ucapnya sedikit tidak ramah.
“Ganteng, tapi sayang dingin!” ucap Ayana.
“Udah sana, jangan ganggu gue,” sahut Argatha ketus.
Kedua mata Ayana membulat, mulutnya sedikit terbuka sempurna. Baru kali ini ada seorang laki-laki yang berani mengusirnya, biasanya dia yang selalu mengusir para laki-laki karena merasa tidak cocok dengan tipenya.
Ayana semakin mendekatkan dirinya dengan Argatha. Perlahan senyumnya terlukis. “Argatha benar-benar beda dari yang lain,” ucapnya senang.
“Oke, Argatha cocok masuk kategori cowok Ayana” ucap Ayana dengan percaya diri.
Argatha mengerutkan keningnya. “Hah?”
“Argatha nggak dengar? Argatha cocok masuk kategori cowok Ayana,” jawab gadis itu.
“Nggak tertarik.”
“Argatha harusnya senang, karena banyak loh cowok yang Ayana tolak,” tambahnya.
“Gue nggak tertarik sama lo, dan gue nggak pengen jadi cowok lo,” ucap Argatha.
“Santai aja, kita pelan-pelan aja, jangan buru-buru,” sahut Ayana.
Argatha menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran gadis itu.
“Ayana ke kantin dulu ya, bye calon pacar,” ucap Ayana menyeringai tak berdosa.
“Jangan kangen ya sama Ayana, Cuma sebentar aja kok ke kantinnya,” ucap Ayana lagi.
Argatha menarik napasnya panjang. Bagaimana bisa ia menghabiskan waktu di kelasnya dengan gadis seperti itu. “Lama-lama bisa gila gue disini” ucapnya.
*****
Argatha berdiri di balkon sekolah, melihat beberapa anak sedang berlatih basket. Ia belum memiliki teman satu pun. Entah karena sikapnya yang terlalu dingin, atau memang teman-temannya yang enggan untuk bersamanya. Hanya Argatha lah yang tau.
"Bro..," ucap seseorang seraya menepuk bahu Argatha.