Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Layar ponsel menjadi pusat perhatiannya saat ini, setelah lelah pandangannya beralih keluar jendela kereta menampilkan pemukiman warga yang terlewati. Tak fokus dan tak pasti karena jalannya yang cepat membuat apa yang dilihat tak begitu jelas. Mata Elena beralih pada seseorang yang ada di depannya. Pasangan suami istri dengan seorang anak laki-laki yang berada di gendongan sang ayah. Menenangkan si anak yang menangis akibat rewel ingin tidur tapi merasa tak nyaman karena berada di perjalanan.
Perjalanan menuju sebuah kota besar memang memakan waktu beberapa jam, tak sampai setengah hari hanya 4 sampai 5 jam. Tujuan Elena datang adalah untuk memenuhi tawaran yang datang kepadanya. Tawaran pekerjaan dari sebuah butik ternama. Awalnya Elena tak percaya. Apakah ini hanya sebuah bunga tidur? tapi ketika ia cubit lengannya sakit sangat terasa. Jadi aku tidak bermimpi bukan? Saat itu sebuah pesan di akun instagram keduanya muncul.
Meisieboutique_
Selamat pagi, saya sangat tertarik dengan desain-desain yang anda tampilkan mempunyai keunikan tersendiri. Maukah menjadi desainer di butik Meisie. Saya sangat
membutuhkan orang seperti anda.
Setelah membaca pesan itu, rasa senang langsung menerpa. Bahkan Elena meloncat kegirangan dan membuat Naura yaitu Mama Elena mengerutkan kening heran. Setelah mempertimbangkan dan mengecek semuanya. Ia menerima penawaran tersebut. Pihak butik, memberikannya alamat dan nomor telepon.
Menjadi seorang desainer adalah salah satu impian Elena. Menciptakan sebuah karya dan dikenal banyak orang. Ah sangat menyenangkan. Elena berharap ini bukanlah hanya sebuah ekspektasi.
"Permisi, saya ingin bertemu dengan Nyonya Mei. Apakah Nyonya Mei ada?" sapa Elena pada seorang pelayan butik.
"Maaf dengan siapa?"
"Elena Honora."
"Baik Nona. Silahkan duduk. Permisi saya akan panggilkan beliau," ucap gadis yang terlihat lebih muda darinya itu berlalu setelah Elena mengangguk dan memberikan senyum manisnya.
Elena mengedarkan pandangannya, butik ini sangat mewah, modern, dan juga memiliki sofa yang sangat nyaman, benarkah dirinya akan bergabung di sini. Menjadi salah satu karyawan? Ah senang sekali. Rasa syukur terus dipanjatkan Elena pada sang maha kuasa.
Beberapa menit kemudian, seorang wanita paruh baya dengan paras yang sangat cantik dan memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek.
"Selamat datang Nona Elena," sapa seseorang yang berjalan menghampirinya.
Elena bangkit dari duduknya lalu mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Apa kabar Nyonya Mei, panggil saya Elena saja."
Mei menerima uluran tangan Elena dengan hangat. "Hai Elena, jangan bicara formal dengan saya, santai saja," ucap Mei seraya terkekeh. Elena mengangguk karena ia pun tak begitu nyaman ketika berbicara formal.
"Saya suka sekali desain-desain yang kamu posting di instagram, ada yang sudah pakai semua desain kamu itu?"
"Ada, sebagian nyonya."
"Baguslah, apa semua desain kamu posting di instagram?"
"Tidak semua, ada beberapa yang saya hanya simpan di buku saya. Ini nyonya," Elena menyodorkan sebuah buku berisi gambar-gambar desainnya. Mei melihat-lihat semua gambar desain Elena yang belum pernah dilihat orang lain sebelumnya.
Elenapun menandatangani kontrak kerjasama antara dirinya dan butik Meisie. Masa percobaan selama satu tahun. Jika cocok, kerjasama bisa berlanjut sesuai kesepakatan. Mei memberitahu Elena ruangan kerjanya dan ruangan kerja Elena, dan memperkenalkan staf lain padanya.
"Oh ya, kamu sudah punya tempat tinggal?"
"Belum Nyonya, kemarin malam saya menginap di hotel belum sempat mencari tempat tinggal. Rencana hari ini saya akan mencarinya," tutur Elena yang sedang melihat-lihat koleksi butik Meisie bersama Mei.
"Kalau mau, ada satu apartemen milik keponakan saya. Dia tak memakainya dan pernah menawarkannya pada anak saya secara cuma-cuma. Tapi dikarenakan anak saya sudah memiliki tempat tinggal dan keluarga dan juga memiliki apartemen pribadi. Untuk itu dia tidak menggunakannya. Kalau mau kamu boleh tinggal di sana. Nanti saya bilang sama dia."
"Aduh nyonya tidak perlu, saya bisa mencari kosan sekitar sini." Mei menggeleng dan tersenyum.
"Tidak perlu sungkan Elena, adanya kamu sangat berpengaruh besar bagi butik saya. Apartemennya pun tak terlalu jauh ko, dia pasti tidak keberatan. Lagian dia tidak tinggal disana."
"Saya tidak tahu harus bagaimana, Nyonya Mei sangat baik. Terima kasih banyak nyonya."
"Iya sayang, kamu boleh bekerja mulai besok." Elena mengangguk, ia belum meninggalkan butik karena masih membicarakan soal apartemen yang Mei tawarkan.
Setelah mengobrol lewat ponsel bersama seseorang, Mei memberikan Elena alamat dan kata sandi apartemen tersebut. Elena terus mengucapkan terima kasih. Ia sangat bersyukur karena dipertemukan dengan orang-orang baik di kota besar yang membingungkan ini.
***
Elena tiba di kawasan apartemen mewah, ia terperangah. Salahkah ini? Elena akan tinggal di kawasan mewah seperti ini. Apa dirinya cocok? Sudah beberapa kali ia tanyakan pada sopir taksi tentang kebenaran tempat sesuai alamat yang Mei berikan padanya dan kalimat 'iya benar' menjadi jawaban dari pertanyaan Elena.
Kekaguman terus bertambah ketika Elena memasuki apartemen, matanya menyapu bersih setiap sudut apartemen. Elena menarik kopernya dengan mata yang masih memancarkan kekaguman dengan mulut menganga. Apakah dirinya berlebihan dalam menanggapi hal ini. Biarlah, karena memang ia sangat menyukai tempat tinggal milik sepupu Nyonya Mei. Siapa nama pemilik yang sebenarnya, ia harus mengucapkan terima kasih atau bahkan ia harus memberikan hadiah?
Sore ini Elena habiskan dengan membereskan semua barang yang ia bawa, dan beristirahat. Besok adalah hari pertama ia bekerja, Elena tak boleh sampai telat.
***
Makan malam ini sungguh sangat membosankan. Dua keluarga yang melakukan acara makan bersama, dengan tujuan yang sudah Alva ketahui. Alva Melviano anak pertama dari pasangan Roy seorang pengusaha, dan Rosie seorang desainer ternama Indonesia.
Suasana hati Alva semakin buruk karena seorang gadis yang berada di depannya saat ini. Audy Queena seorang model internasional yang dijodohkan oleh sang mama padanya. Alva bangkit dari duduknya, membuat alasan hanya karena ingin segera pergi dari tempat itu.
"Maaf saya izin ke toilet," ucapnya lalu berjalan meninggalkan mereka yang asik dengan pembicaraan masing-masing.
Setelah keluar dari area ruang makan, Alva segera melangkah pergi keluar rumah, mengendarai mobilnya. Ia ingin mencari tempat yang lebih menyenangkan ketimbang harus terus ikut paksaan dari Rossi untuk mengikuti makan malam dengan adanya tujuan terselubung.
***
Elena telah menyerahkan beberapa rancangannya pada Mei, setelah disetujui, pembuatan pakaian akan segera diproses. Kini Elena duduk santai seraya memainkan jarinya di atas layar ponsel miliknya. Selain merancang, ia pun mengerjakan hal lainnya. Seperti mencocokan setiap bagian ketika adanya pemotretan, melayani para pengunjung menjelaskan setiap koleksi yang ada disana. Jadi pekerjaannya bukan hanya sekedar merancang semata dan itu membuat Ellena tidak bosan.