Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Gairah Liar Pembantu Lugu
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Sang Pemuas
Lena, tunggu! Saya sudah bayar mahal untukmu. Jangan lari begitu saja!” Seorang lelaki sedang mengejar Lena. Jangan kamu pikir dia adalah pemuda tampan yang mirip pangeran dari cerita dongeng. Tidak. Lelaki itu lebih cocok dipanggil om-om, karena seumuran ayah Lena. Ayah yang telah membuatnya terjebak dalam dunia gelap seperti ini, hingga berlumur dosa.
Lena telah menjadi seorang wanita hina. Orang-orang menatapnya seperti sampah bila berpapasan dengannya di jalan. Jangankan anggapan orang-orang itu, bahkan dia pun malu pada diri sendiri atas perbuatan yang telah dilakukannya.
Sudah lama tubuh Lena menolak melakukan hal-hal tidak pantas itu, tapi mau bagaimana lagi? Kelab malam dulu menjadi tempat yang asyik untuk menuangkan seluruh kekesalan dan kelelahannya akan hidup yang berat ini. Andai ibu tak meninggalkannya dan memilih pergi bersama pria lain, pasti hidupnya akan lebih baik.
Lena terus berlari sekuat tenaga. High heels di kaki dia lepaskan agar bisa berlari secepat kilat.
Tak sengaja Lena justru tersandung batu di depannya. Sakit. Dia berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan kembali melarikan diri. Tidak! Dia tidak ingin kembali masuk pada lingkar dosa itu.
Sayangnya, keadaan tak berpihak padanya. Lelaki tua itu sudah berhasil menyusul dan kini berdiri di depannya.
“Mau ke mana kamu anak manis? Jangan coba-coba kabur! Atau ayahmu yang tak tahu diri itu akan membusuk di penjara.”
'Ya, Allah, apa saya harus tertangkap? Saya tidak ingin melakukan perbuatan kotor itu lagi.'
Rasanya Lena ingin menjerit sekeras mungkin, tapi dia tahu itu tidak akan merubah apapun. Jalanan ini sepi, tidak akan ada kendaraan yang lewat tengah malam begini.
Kenapa hidupnya jadi menderita seperti ini?
Lelaki tua itu mulai membuka kancing baju Lena, lalu menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Lena sayang … jangan menangis seperti itu. Kita nikmati malam ini sepuasnya.” Dia semakin mendekat dan mendekat.
Lena mendorong kasar tubuh pria itu sampai sempoyongan. Namun, pria itu tidak menyerah. Tatapannya tajam, seperti singa kelaparan yang akan menerkam setiap mangsa di hadapannya.
"Jangan, Om! Lepasin saya! Saya mohon,” pinta Lena memelas, tapi pria yang akrab disapa dengan sebutan Om Ady itu tak peduli.