Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
51
Penayangan
1
Bab

Berawal dari berpulanhnya sang Ayah, semua kepahitan hidup itu tidak pernah lelah menjadi bagian dari hidupnya. Sang Ibu memutuskan menikah kembali, dan membawanya jauh dari kedua saudaranya, Bibi, Paman, Nenek, juga teman-teman bermainnya. Laki-laki tua itu, sungguh tak punya hati, merusak hidupnya, dan menghancurkan masa depan gadis sebelas tahun itu. Pria renta, Ayah dari Bapak sambungnya, membuat gadis kecil bernama Imar itu, mengandung di usia belia. Tak paham kenapa perutnya membesar, tak mengerti kenapa snag Ibu begitu murka. Dan itu hanya awal, karena kepahitan hidup dan jalan yang terjal, sudah menunggunya di depan jalan, menuju Mada depan depan yang suram

Bab 1 Ibu tidak percaya

Namaku Imar, saat berusia tiga tahun Bapakku berpulang, meninggalkan seorang istri dan tiga anak. Anak tertua perempuan bernama Hanum, kedua laki-laki namanya Herman, dan ketiga aku punya nama lengkap Imarda.

Ibu hanya wanita biasa, di tinggalkan suami tanpa uang dan harta membuatnya bekerja apa saja untuk bisa menghidupi kami, kadang karena stok beras yang tinggal sedikit, terpaksa ibu menumis sayur kangkung yang banyak, tanaman merambat itu bisa di petik, gratis di sawah. Untuk berhemat Ibu akan memberikan sedikit nasi di piring kami, tapi dengan tumis kangkung yang baik agar kami bisa kenyang.

Saat aku berumur lima tahun, Ibu di lamar seorang duda, beranak dua, kedua anaknya perempuan, istrinya meninggal dunia sudah dua tahun. Jadi Ibu dan ayah tiriku sama-sama bawa anak.

Keluarga almarhum Bapak meminta Kakak dan Abang untuk tinggal dengan Paman, kebetulan adik dari almarhum Bapakku itu guru di sebuah pondok pesantren, kedua saudaraku itu jadi santri di sana. Almarhumah Bapak berasal dari kota berbeda dengan Ibu, jadi sejak Kakak dan Abang di bawa Paman, aku merasa kesepian, karena semenjak ibu menikah lagi, wanita yang melahirkanku itu sangat sibuk, merintis usaha dengan suami barunya yang kupanggil ayah. Setiap pagi ibu dan ayah akan pergi ke pasar berdagang, dan pulang sore hari.

Aku yang masih kecil di rumah hanya berdua dengan seorang Kakek, bapak dari ayah tiriku, sedangkan kedua saudairi tiriku tidak pernah menyukaiku, mereka sering pergi ke rumah Neneknya ( Nenek dari pihak almarhumah ibu mereka) rumahnya ada di belakang kediaman kami, di batasi kebun pisang, milik kakek.

Aku masih ingat laki-laki tua itu sering memintaku untuk duduk di pangkuannya, aku juga masih ingat hingga kini bagaimana dulu jari-jari tangannya sering masuk ke celah-celah rokku. Setelah puas dia mengeluarkan uang dari peci hitamnya dan menyuruhku untuk membeli jajan di warung.

Jujur di usia itu aku merasa Kakek itulah penolongku, kedua saudari tiri yang sering memukul dan membuly, dia marahi dan meminta ayah tiriku untuk mendidik anaknya, agar tidak nakal padaku. Usia mereka tidak jauh dengan Kakak dan Abang kandungku, mereka sering mengatai jelek, hitam, dan b*doh, bahkan kadang tak segan-segan memukul dan menendangku.

Ibu tidak pernah percaya saat aku mengadu, aku merasa wanita yang melahirkanku itu tidak pernah menyangiku, Ibu suka marah kalau mendengar atau melihat aku menangis karena di pukul kedua anak tirinya.

"Imar, kamu gak boleh cengeng, Kakakmu hanya bercanda, gitu aja kok nangis." bentak Ibu.

Saat itulah Kakek sering membelaku, bagiku dia seperti malaikat, bisa di bayangkan setelah berusia enam tahun aku lebih sering tidur bersama kakek di ruang tengah, karena di rumah itu hanya ada dua kamar tidur, untuk Ibu dan ayah, sedangkan yang satunya untuk kedua saudari tiriku, mereka tidak mau aku ikut tidur di kamar itu. Kakek tidur di atas dipan, sedangkan aku di tikar pandan, tanpa kasur. Saat Kakek memintaku untuk duduk di pangkuannya, aku akan sangat senang sekali, karena itu artinya aku bisa jajan setelah itu.

Usia sepuluh tahun aku sudah menstruasi, masa itu umur sepuluh tahu hanya aku satu-satunya yang sudah datang bulan, di kelas tempatku bersekolah, walau sejak berusia sembilan tahun aku sudah di buatkan kamar kecil dekat dapur, namun Kakek masih sering mendatangiku saat rumah sepi. Tapi saat itu aku sudah mulia mengerti dan marah kalau Kakek memegangiku tapi dia sering memaksa bahkan mengancamku. Pernah aku mengadu pada ibu tapi dia tidak percaya bahkan memarahiku.

"Kakek sudah baik padamu sejak dulu jadi jangan berbohong tentangnya, kamu harus jadi anak baik, gak boleh nakal apa lagi jadi pembohong," ucap Ibu ketus.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.8

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku