icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Ace Tribes

Bab 4 MANOR PUTRA MAHKOTA

Jumlah Kata:2404    |    Dirilis Pada: 03/11/2021

n terancam mati di tangan pria jelek. Ingin rasanya aku berguru kepada tabib itu. Bagaimana tidak, ia dengan kesabaran besarnya

pria jelek dan tidak sabar

tku. Kendati semenjak dulu akal sehatku tidak sehat-sehat amat, aku dibuat kelimpungan bukan main. Berpikir tentang nasibku kedepannya membuatku

il dari penggalan huruf nama depan—sedangk

memang diizinkan oleh Remus untuk singgah sementara di manornya sampai jiwa Rysa kembali dan jiwaku berpindah ke tubuh asliku yang mungkin saja masih berada di kelab. Aku

ipi berulang kali karena aku memang sedang memeriksa wajahku. Ketimbang berpindah tubuh, aku lebih seperti berteleporta

etat itu membebatku, lekukan tercetak jelas. Dan saat ini, aku masih sama m

ada satu perbedaan lagi. Rysa memiliki biseps pada bagian lengannya. Aku dapat menduga Rysa terbiasa melakukan aktivitas fisik, tida

h jelas. Aku iseng mencubitnya dan … wah, sungguh padat. Mendadak aku tergugah u

yang terjadi dan aku dengan senang hati akan menagih ceritanya. Remus sudah memperlakukanku secara buruk selama di sel, ja

a, namun aku bukan rakyatnya. A

gedor tidak santai salah s

sini. Mereka besar kemungkinan memikirkan aku tidak waras dan tidak beraturan. Yah, kenapa juga aku harus mengikuti peraturan orang la

ni taruhan, ia cuman

knop pintu tersebut dan membukanya dalam satu kali lemparan. Netra hitamku mengedari sekitar kamar pribadi Remus, tidak bisa

um yang biasanya memang disediakan untuk sebuah kamar. Lanjut lebih kanan lagi, itu tersusun seperti ruang tamu. Ada sofa hitam panjang d

Mahkota memang ada di tingkat tiga, sama sepertiku. Bedanya, kesenjangan kasta antara kamarku deng

dengan pelayan bila Remus sendiri bisa menggunakan dapur kecilnya itu. Kulihat-lihat isi raknya juga lengkap—penuh dengan piringan dan alat maka

uarlah sosok pria yang sudah kucari sedari tadi. Beruntung, Remus sudah mengenakan kaos rumahannya, sehingga tidak ada drama kami saling berte

balik sana. Wah, impresif. Kamar kecil rumahku pasti cemburu jika tahu ada yang lebih baik darinya. Helaan napas Remus kemudian terdengar,

hitamnya yang basah dengan handuk. “Selain seenaknya men

" tanyaku

a sekali mencari masalah. Terkadang dunia memang lucu. Karena pada akhirnya, masalah kaum betina itu niscaya tercurah kep

embalikan ke dalam sel kekaisaran?” tanyan

kir, lalu ia menuangkan cangkirnya dengan mineral. Meneguk airnya hingga habis, kukira ia akan kembali bersuara, tetapi tidak. Remus bagaikan tida

tidur dengan

parasi dapur. Pria itu mengerutkan kening tidak senang ketika ia bertopang dagu selagi meneliti parasku—atau paras R

tinggi semata-mata untuk menyukai seorang pria. Dan sedikit me

tanyanya balik, tanp

akan menj

tu pu

. “Ceritakan aku semua tentang Earthalic—termasuk mengapa Rysa-Rysa ini memiliki wajah dan

tajam, namun tidak berlangsung lama. Ia kemudian mendengkus dan memirin

antungku. Sial, aku tidak akan sudi masuk ke dalam pesona mematikan pria itu. Menarik napas sebentar, aku mengubah raut

nginginkan kami kembali

njungan kami kemudian memanifestasikan tubuh kami sehingga membentuk rupa seperti kaum fana. Mereka juga memberkati pe

tuju lurus ke arah batang hidung Remus, diam-diam aku menikmati tampangnya yang kentara tidak senang.

nya, tetapi secepat cahaya, ia menetralkan kembali raut kesa

tentu saj

aknya seorang manusia kepada si Putra Mahkota ini. Remus harus terbiasa karena aku sudah berjanji untuk membalas perbuatan buruknya di sel dengan mengisi h

nya lagi ke cangkir, lalu meminumnya sampai habis untuk memuaskan dahaga. “Lagi pula, apa yang telah diberikan oleh Mereka kepa

sud mencibir Dewa-Dewi kaummu seperti itu," balasku, sedikit terintimidasi mengingat eksistensi Mere

” Remus mengulaskan senyum miring dan itu tampak mencuriga

ngerutkan kening. Yang mana? Aku tidak mer

ik dan turun, mengukir seringai ketika air mukaku berganti kesal. Isi

ia hidung belang di sana. Aku sering mendapatkan tatapan semacam itu jika sedang berada di kelab—dan keinginank

u habis-habisan, ia memakukan manik hitamn

menjadi salah satu d

bar B

dan mengeriting bagai catok. Demi melepas penat, aku memutuskan untuk berendam di bathtub—saat tahu kamarku juga mempunyai fasilitas menyenangkan ini, aku langsung berjingkrak-jingkrak. Alhasil, per

suku. Entah apa yang ia lakukan sampai jiwaku dapat berpindah ke tubuh miliknya. Semestinya, ini bukan waktuku untuk memikul beban di kepala. Re

kepikiran soal tubuh asliku. Apa mungkin jiwa

napasku dengan tetap menjaga kesadaran. Mungkin ada sekitar satu menit hingga aku kembali mengeluarkan kepala, kemudian meraup udara. Kubasuh

eh suara air mengalir. Betapa nyaman—ironisnya, sa

kuntum itu semakin rendah hingga habis sama sekali. Kemudian aku membereskan kuntum-kuntum itu lebih dulu dan membuangnya sebel

pang jeleknya itu. Bersungut-sungut, tapak kakiku mulai melangkahi permukaan lantai yang dingin dan sedikit basah. Segera kujangkau baju handuk tersebut dan bar

bangga karena semua pakaian yang kukenakan akan selalu terasa coco

k pinggiran wastafel. Saking kesalnya, aku langsung melemparkan tatapan tajam kepada seseorang yang baru saja dengan lancang membuka pintu. Dari penampilannya

, ia mulai berbicara dengan galak, “Apa

aku yang seharus

h jam sebelum Yang Mulia

ku? pikirku dala

ajam. “Kau, kan, sebentar lagi menjadi pelayan pribadi Yang Mulia. Maka dari itu, beberapa hari ini kau aka

terlintas di dalam benakku selag

tu menujuk ke luar pintu. “Kutaruh di atas dipanmu. Bergegaslah, Ysee! Yang Mulia tidak akan

at wastafel. Melirik singkat ke luar kamar kecil dan mendapati sepaket atribut pelayan di sana, otakku mulai kepanasan. P

nganku mengepal dan kuhunjamkan bogem mentah di sana. Bagaimana b

ika aku mengatakan akan menguliti tubuhmu da

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka