Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Tawanan Tuan Arogan

Tawanan Tuan Arogan

Usagi

4.0
Komentar
1.2K
Penayangan
1
Bab

Akibat kesalahan yang dilakukan sang kakak, Siera harus menerima pembalasan dendam dari seorang Samuel Obarra yang terkenal dingin dan arogan. Samuel menyekap dan menjadikan Siera sebagai budak pemuas nafsu pria itu di kediamannya. Hal itu akan terus berlanjut sampai Liam, kakak Siera, mau menyerahkan dirinya pada Samuel untuk membalaskan dendam keponakan kesayangannya yang saat ini menjadi depresi akibat di lecehkan beramai-ramai oleh Liam dan kawan-kawannya. Bagaimana nasib Siera selanjutnya? Apakah dia akan berakhir sama seperti keponakan Samuel yang mengalami depresi akibat pelecehan seksual? Ikuti terus kelanjutannya di "Tawanan Tuan Arogan"

Bab 1 Dijadikan Umpan

“Lepaskan aku, Brengsek!” pekik Siera ketika dua orang pria memasukan paksa dirinya ke dalam sebuah mobil SUV hitam yang terparkir di luar kampusnya.

Tubuh Siera meronta-ronta dalam cekalan kuat dua pria yang sengaja memakai kain penutup di wajahnya agar tidak bisa dikenali.

“Cepat jalankan mobilnya!” teriak salah satu pria di sebelah kiri Siera.

“Diam, Sialan!” maki salah satu pria itu marah ketika Siera masih berusaha untuk melepaskan diri.

Siera ketakutan entah mau dibawa kemana dirinya. Air mata gadis berusia dua puluh satu tahun itu merembes turun ke pipinya. Apa salahnya? Mengapa mereka menculiknya?

Siera masih berusaha berontak dan berteriak minta pertolongan.

“Kau bisa bungkam dia?!” kata pria yang duduk di sebelah kiri Sierra.

Salah satu pria mengeluarkan sebuah kain dari dalam saku celananya lalu menutup hidung Siera, membuat gadis itu tak sadarkan diri.

“Beres, Bos. Kami berhasil mendapatkannya dan akan segera sampai ke mansion,” ucap salah satu pria berpenutup itu berbicara dengan bosnya melalui sambungan telepon.

“Kerja bagus!” balas suara bariton itu.

Sam meletakan ponselnya ke atas meja dan berjalan ke jendela besar di ruang kerjanya. Bukan tanpa sebab dia melakukan penculikan pada gadis yang tidak dikenalnya itu. Satu Minggu yang lalu ketika dia baru pulang dari luar kota. Ibunya menangis histeris dalam pelukannya dan menceritakan kisah pilu itu padanya.

Pagi itu, Cathrine mendapati Lindsay, cucu kesayangannya, diantar pulang oleh supir taksi dalam keadaan pingsan dan penuh dengan luka lebam. Menurut saksi, gadis berusia sembilan belas tahun itu diketahui telah mengalami pelecehan seksual oleh beberapa orang. Catherine menangis histeris dan mengutuk para pelaku yang telah menghancurkan hidup cucunya.

Lindsay adalah kemenakan Sam, putri dari kakaknya, Arlene. Arlene tidak ingin mengakui Lindsay karena gadis itu lahir tanpa seorang ayah. Setelah melahirkan Lindsay, Arlene pergi dari rumah dan menikah dengan pria lain kemudian menetap di luar negri. Lindsay pun dirawat oleh Cathrine, ibunya dan semenjak saat itu menjadi kesayangan Samuel.

Samuel pun menyewa orang untuk menyelidiki kasus yang menimpa keponakannya. Dia sengaja tidak melibatkan kasus ini pada pihak berwajib karena dia sendiri yang akan mengeksekusi para bajingan itu. Ya, dia telah mengetahui ada lima orang yang telah melecehkan keponakannya dengan sangat keji. Samuel berjanji, dia akan membalaskan dendamnya lebih keji dari apa yang para bajingan itu lakukan kepada keponakannya.

Salah seorang informannya telah mengetahui salah satu siapa pelaku yang terlibat, dan diketahui bernama Liam Wilson. Pria itu dan kawan-kawannya menghilang setelah kejadian tersebut. Namun, Samuel tidak kehilangan cara untuk mendapatkan ide. Dia mencari tau siapa itu Liam dan ... gotcha! Dia mendapatkan gadis itu untuk umpan para bajingan itu agar keluar dari tempat persembunyiannya.

Tidak lama lagi dia akan mendapatkan semua pelaku pelecehan terhadap keponakannya, dengan cara menjadikan adik pria itu sebagai tawanannya. Dengan begitu pria bernama Liam itu akan muncul dengan sendirinya dan menjebak seluruh kawan-kawannya muncul kemudian dia bisa langsung menculik mereka dan mengeksekusi dengan caranya sendiri. Samuel sangat menantikan saat itu tiba.

***

Sierra merasakan pening di kepalanya setelah salah satu penculik membiusnya. Sierra tidak merasakan apa-apa itu artinya dia sudah tidak lagi berada di mobil. Tiba-tiba saja dia tidak mampu bergerak. Kemudian penglihatannya pun gelap karena para penculik itu menutup mata, tidak hanya itu mulut, tangan, serta kakinya pun terikat sehingga dia tidak mampu bergerak sedikitpun.

Siera kembali menangis dalam diam, entah apa yang akan terjadi pada dirinya sekarang. Semoga saja ada salah seorang saksi yang melihatnya diculik dan melaporkan ke pihak berwajib.

Ceklek.

Siera mendengar suara pintu yang dibuka, itu artinya dia ada di sebuah ruangan. Suara langkah kaki terdengar lambat di telinganya. Dia berpikir orang itu sedang menuju ke arahnya.

Tiba-tiba saja penutup mata dan mulutnya dibuka, cahaya yang menyilaukan membuat matanya sulit untuk melihat.

“Halo, Siera Wilson.” Suara bariton itu menyapa gendang telinganya.

“Ke-napa kau menculik ku ...?” ucap Sierra terbata.

“Tentu ada alasannya, dan kau akan segera mengetahuinya,” ucap suara berat itu yang tak lain adalah milik Samuel Obarra.

Samuel berjalan sedikit menjauh dari gadis itu sehingga Siera bisa melihat jelas siapa pemilik suara berat tadi. Seorang pria berstelan rapi dengan tubuh tinggi berotot, di sekitaran wajahnya ditumbuhi bulu-bulu yang tidak terlalu lebat. Rambut hitam kecokelatanya disisir rapi ke samping. Siera bisa menilai pria itu lebih dari sempurna di matanya.

“Sudah puas memindaiku, Miss Wilson?” tanyanya dengan seringai misterius yang menghias di wajahnya yang tampan.

“A-aku ....” Siera tidak bisa berkata-kata, padahal ada banyak pertanyaan pada benak kepalanya tetapi seakan-akan suaranya tercekat di tenggorokan.

Samuel menatap Siera dengan senyum tipisnya. Namun, Siera ketakutan, dia yakin sekali kalau senyum itu menyimpan kegelapan yang artinya dia tidak akan baik-baik saja di sini.

“Sampai nanti, Miss Wilson.” Samuel meninggalkan Siera sendirian di ruangan itu.

Siera berusaha membuka ikatan tangan dan kakinya, tetapi dia kesulitan.

“Tolong!” teriaknya dengan suara kering berharap ada siapa pun yang mendengar teriakannya walau dia tau itu tidak mungkin.

Siera mulai memindai ruangan ini. Hanya sebuah ruangan kecil dengan barang-barang lama, sepertinya sebuah gudang tetapi nampak rapi dan bersih. Pencahayaannya tidak terlalu terang dan ada sebuah jendela kecil di sana.

“Ada orang di sini?!” teriak Siera lagi, berharap ada yang mendengarnya dan memberitahu mengapa dia bisa berada di sini dan mengapa pria tadi menculiknya.

Tidak lama kemudian pintu itu kembali terbuka dan menampilkan seorang wanita yang berusia sekitar empat puluh tahunan. Wanita itu memakai pakaian resmi seperti pelayan, wajahnya datar tanpa senyum. Wanita itu membawa sebuah baki yang menurut perkiraan Siera adalah makanan.

“Buka mulut anda, Nona,” titah wanita itu.

“Boleh aku makan sendiri?” tanyanya menawar.

“Caranya?” tanya wanita itu dengan mengerutkan keningnya.

“Kau pasti mengerti,” kata Siera dengan sengaja menggerak-gerakkan tangannya yang terikat di belakang tubuhnya.

“Oh, membuka ikatan itu maksudmu?”

“Ah, benar sekali. Tolonglah,” pinta Siera memohon.

“Dan membiarkanmu mengelabuiku agar bisa melarikan diri dari sini? Tidak, terima kasih! Aku lebih menuruti perintah Tuan Obarra dari pada menuruti keinginanmu walau pun kita sama-sama perempuan.” Wanita itu berkata angkuh. “Sekarang tolong buka mulut anda, Nona!” titahnya lagi.

“Tuan Obarra,” ucap Siera membeo. Sepertinya dia pernah mendengar nama itu, tapi di mana.

“Ya, Tuan Obarra. Dia pria dingin dan kejam, kuharap kau tidak berurusan dengannya.”

“Aku sama sekali tidak mengenal dia siapa bahkan berurusan dengannya pun aku tidak pernah. Mengapa tiba-tiba dia menculikku ke sini, apa kau bisa menjelaskan mengapa dia melakukan ini padaku?” tanya Siera dengan napas memburu. Dia benar-benar tidak mengenal pria itu, apa yang diinginkan pria bernama Obarra itu padanya?

“Kau tidak tau, ya,” ucap wanita itu dengan senyum sinis.

Siera menggeleng. Dia memang tidak tau sama sekali.

“Kakakmu dan teman-temannya telah menjadi incaran Tuan Obarra, itu sebabnya dia menjadikanmu sebagai umpan.”

Siera menganga tak percaya. Apa yang telah dilakukan kakaknya?

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Usagi

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku