Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Benci Jadi Cinta (Menikahi karyawan Ayah)

Benci Jadi Cinta (Menikahi karyawan Ayah)

Rezky kita

5.0
Komentar
Penayangan
3
Bab

Airlangga Roy, seorang putra dari juragan lembu dan perkebunan kelapa sawit di usir oleh ayahnya dari rumah lantaran ketahuan saat akan mencuri uang di lemari ayahnya. Semua itu terpaksa Roy lakukan untuk mewujudkan keinginan kekasihnya yang matre itu. Roy yang suka foya-foya, tidak mau bekerja, dia hanya mengandalkan kekayaan ayahnya saja sekarang terpaksa tinggal di rumah sahabatnya yang sederhana. Sahabatnya itu juga anak dari karyawan ayahnya. Di sana Roy bertemu dengan seorang wanita cantik namun memiliki ke cacatan fisik. Dia sering mengolok-olok wanita itu bahkan membencinya hingga suatu hari rasa cinta itu tumbuh di hatinya. Saksikan ceritanya yah ...

Bab 1 Di usir karena kedapatan mencuri

"Sayang, malam ini kamu bahagia gak?" tanya Airlangga pada wanita yang sedang bersandar manja di bahunya.

"Gak". Katy berdiri dengan wajah cemberut dan membelakangi Airlangga menghadap ke langit.

"Loh kenapa Sayang?" ucap Airlangga Roy dengan nada lembut seraya kedua tangannya memeluk pinggang Anastasya dari belakang. Namanya Airlangga Roy, terkadang doggil Airlangga terkadang Roy. Tapi org lebih sering memanggilnya Roy.

"Kamu ingat besok hari apa?" tanya Anastasya pada Airlangga masih dengan keadaan membelakangi Airlangga.

"Yups, besok Sayang ulang tahun. Apa mau diucapin sekarang Yang?"

Pria tampan dan kaya raya itu tapi tidak punya pekerjaan membalikkan tubuh kekasihnya itu dan mendekapnya erat ke pelukannya.

"Aku ingin Kamu memberikan aku kado spesial, aku ingin kalung yang kemarin kita lihat!" ucap Anastasya bersemangat tapi pelan di telinga kekasihnya itu.

Airlangga sontak terkejut mendengar permintaan pacarnya itu. Karena dia tidak memiliki uang sebanyak itu, uangnya habis untuk foya-foya dan membeli kebutuhan Anastasya setiap harinya. Apalagi dia tidak punya kerjaan dan masih mengharap dari orang tua.

"What? Aku tidak punya uang sebanyak itu Sayang...." ucap Airlangga spontan. Dia pun segera melepas pelukannya dan menghela nafas panjang lalu mengusap wajahnya yang kacau saat ini.

"Masa sih Kamu tidak punya uang, kan cuma 22 juta rupiah. Kamu udah gak sayang lagi sama aku? Kan biasanya uang Kamu banyak!"

Wanita matre itu pun menjadi kesal dan marah pada Airlangga, dengan wajah kesal seraya mengepalkan tangannya kuat dan menghentakkan kakinya dia memasang wajah cemberut.

"Sudah seminggu bapak tidak memberiku uang, di ATM hanya tinggal 10 juta saja Sayang," ucap Airlangga dengan wajah kacau berharap wanita tersayangnya itu memahaminya.

"Aku gak mau tau, pokoknya aku mau kalung itu, titik!"

Anastasya yang keras kepala terus memaksa dan membentak Airlangga yang tidak mau menuruti kemauannya.

Akhirnya, dengan terpaksa Airlangga menuruti permintaan sang kekasih.

"Ok, ok! Aku akan mencoba memintanya pada bapak. Semoga saja dia berikan kurangnya, kamu juga doain yah!''

Airlangga tersenyum mendengar perkataan kekasihnya itu. Dia bergegas memeluknya dan mencium pipinya.

"Thank You Sayang, love you," ucapnya pada pria berkulit putih bak orang luar negeri itu seraya membaringkan kepalanya di bahunya. Airlangga pun membalas senyumannya.

Waktu menunjukkan pukul sebelas malam waktu Indonesia barat. Airlangga mengajak Anastasya untuk pulang.

"Waktu sudah larut malam, ayo kita pulang."

"Wah, nggak terasa yah udah jam segitu aja Sayang...itulah kalau kita bersama orang yang kita cintai pasti waktu berlalu begitu cepat, andai saja kita udah menikah kita tidak akan terkekang oleh waktu..." lirih Anastasya menggoda karena permintaan darinya sudah disetujui.

Airlangga hanya bisa tersenyum canggung daripada ia menunjukkan kekhawatiran di wajahnya. Biasa-biasa nanti Anastasya akan semakin kesal.

"Sayang jangan lupa besok yah!" ucap Anastasya dan memeluk pinggang Airlangga dari belakang dengan erat.

Airlangga hanya diam tanpa kata, dia memikirkan bagaimana caranya dia mendapatkan uang untuk membeli kalung itu.

Mereka pun meninggal cafe dengan menaiki sepeda motor Airlangga. Sesampainya di rumah Anastasya, Airlangga langsung pamit dan bergegas pulang.

Dalam perjalanannya dia terus memikirkan tentang kalung itu. Beberapa hari ini bapaknya sudah sering marah dan menegur sikapnya yang suka foya-foya. Bapaknya juga sudah menyuruh dia untuk bekerja. Jadi, besar kemungkinan uang itu tidak akan diberikan oleh bapaknya.

Airlangga pun semakin bingung hingga tak terasa ia sudah sampai di rumah mewah miliknya dan langsung masuk.

"Kamu sudah pulang?" suara seorang lelaki paruh baya terdengar dan menghentikan langkah Airlangga.

Dia menatap ke belakang dan melihat bapaknya sudah berdiri di sana.

"Iya pak," jawab Airlangga dengan senyuman.

"Kapan sih Kamu akan berubah? Taunya foya-foya, ngabisin uang tapi gak mau kerja!" ucap bapak nya Airlangga dengan nada kesal dan wajah yang marah.

"Nanti pasti ada waktunya pak!" jawabnya lantang seraya meletakkan kunci motornya di meja.

"Jawabanmu selalu begitu!" bentak bapak nya dengan emosi dan wajah yang merah.

Mendengar suara bapaknya yang begitu keras, ibunya pun terbangun dari tidurnya.

"Ada apa pak?" tanya ibu Marni seraya membetulkan jilbabnya.

"Ini, anakmu ini!" ucap pak Dahlan pada bu Marni seraya menunjuk muka Airlangga yang berusaha untuk tetap tenang.

"Pak, aku minta uang dong!" cetus Airlangga pada bapaknya.

Belum lagi habis apk Dahlan berbicara dia sudah langsung minta uang.

" Dasar, nggak ada otak kau yah! Lagi-lagi uang, ga ada! Kamu cari sendiri!" ucap pak Dahlan dengan emosi.

"Tolonglah Pak, kali ini aja," pinta putra pak Dahlan itu dengan wajah mengiba.

"Ga, aku ga akan kasih Kamu uang lagi. Kamu kerja sana kalau mau punya uang!" hardik pak Dahlan pada putranya dengan geram.

Dengan wajah cemberut Airlangga bergegas meninggalkan orang tuanya dengan wajah kesal. Dia bingung, bagaimana caranya agar dia bisa membeli kalung yang diinginkan oleh Anastasya. Di saya kebingungan nya itu Tiba-tiba sebuah pesan whatsapp dari Anastasya masuk.

Anastasya [ Sayang, jangan lupa ya kalung yang kuinginkan, aku tidur duluan love you]

Airlangga tambah bingung membaca pesan dari pacarnya itu . Akhirnya, dia tidak punya cara lain, dia bergegas keluar rumah melihat orang tuanya apakah sudah tidur. Dia berniat akan mencuri uang dari kamar orang tuanya. Ternyata orang tuanya sudah tertidur setelah satu jam tadi dia di ceramahi.

Dia bergegas masuk ke kamar orang tuanya, dan mendapatkan uang sebesar 20 juta di dalam amplop yang di simpan di dalam lemari. Dia pun melompat kegirangan, dan mengeluarkan suara yang membuat orang tuanya terbangun.

"Airlangga!" bentak pak Dahlan kaget melihat putranya membuka lemarinya.

Airlangga terkejut, wajahnya merah tanda takut. Dia memegang uang 20 juta rupiah itu dengan erat.

"Apa-apaan Kamu ini!" ucap ibunya dengan wajah sedih ingin menangis.

Airlangga yang sudah tertangkap basah, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk membela dirinya. Apalagi buktinya sudah ada. Dia berdiri ketakutan di sudut lemari milik orang tuanya. Pak Dahlan menghampirinya dan bergegas mengusirnya.

"Keluar Kamu dari rumahku! Aku tidak ingin ada manusia sepertimu ini di dalam rumahku!" usir pak Dahlan dengan murka.

Raya adik perempuannya Airlangga bergegas keluar dari kamarnya karena mendengar pertengkaran mereka. Dia hanya menyaksikan tanpa berani berkata-kata.

"Tega kamu Nak!" ucap ibunya seraya menangis melihat perbuatan putra satu-satunya itu.

"Sekarang juga, Kamu keluar!" Pak Dahlan menarik Airlangga yang masih berdiri saja keluar rumah.

"Maafkan Aku Pak..."

Airlangga langsung bersimpuh di kaki bapaknya untuk meminta maaf dan berharap dimaafkan.

"Ibu tidak menyangka kamu tega mencuri uang bapakmu! Walaupun kelakuanmu nakal, tapi ibu tidak pernah mengira Kau akan melakukan perbuatan seburuk ini!" ucap ibunya sambil menangis.

"Bu, maafkan aku Bu, tolong bujuk bapak untuk tidak mengusirku Bu. Aku janji tidak akan mengulanginya," pinta Airlangga pada ibunya berharap ibunya mau menuruti perkataannya.

"Tidak, ibu juga sudah muak dengan tingkahmu." Bu Marni bergegas meninggalkan Airlangga yang masih berada di teras rumahnya.

"Jangan pernah balik kemari jika Kamu belum bisa merubah sikap burukmu itu! Biar Kamu tahu pahitnya mencari uang, bukan seenaknya saja minta-minta dan mencuri!" Pak Dahlan membanting gagang pintu hingga pintu rumahnya tertutup rapat.

Airlangga menyesali perbuatannya, tapi sudah terlambat. Dia menelpon sahabatnya Iyan dan menceritakan semuanya. Iyan menyuruhnya datang ke rumahnya, kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumah pak Dahlan. Orang tuanya Iyan salah satu karyawan pak Dahlan.

Sebuah pesan whatsapp dari Anastasya masuk.

Anastasya [Sayang, kamu udah tidur?] Pesan dari wanita itu hanya dibaca olehnya.

Anastasya [Kenapa cuman dibaca?]

Airlangga yang lagi bersedih segera membalas pesannya, jika tidak, wanita itu tidak akan berhenti mengirimi dia pesan.

Airlangga [Aku diusir]

Tiba-tiba panggilan telepon dari Anastasya, Airlangga pun mengangkatnya.

Anastasya [Sayang, kok bisa Kamu diusir? Terus kamu akan kemana? Dan uang untuk membeli kalung itu ada kan sayang?] ucap Anastasya melalui telepon.

[Ya, besok aku belikan] jawab Roy.

[Terimakasih Sayang, love you] Anastasya mematikan teleponnya.

Airlangga mengernyitkan dahinya seraya berkata "Dia menelponku hanya untuk menanyakan itu?" Airlangga merasa kesal atas sikap kekasihnya itu, tapi dia tidak bisa marah karena dia sangat mencintainya.

Di menatap rumah mewah mereka. Dengan berat hati dia perlahan bangkit dari duduknya, dan menuruni tangga yang menuju ke teras rumahnya, dia memakai sandalnya seraya berjalan menuju motor miliknya yang terparkir satu meter darinya. Dia segera melajukan motornya menuju rumah Iyan.

Dia menatap ke jendela rumahnya, dia mendapati ibunya sedang berdiri di balik tirai jendela menatap kepergiannya tanpa menghentikannya.

Airlangga pun tersenyum pada ibunya, seraya menarik gas motornya dan pergi meninggalkan rumah mewah itu.

Pak Dahlan yang melihat istrinya lalu, menghampirinya.

"Kamu harus merelakannya, supaya dia tau arti hidup yang sebenarnya", ucap pak Dahlan seraya memeluk istrinya.

Rury bergegas masuk ke kamarnya dengan raut wajah sedih karena kepergian kakaknya. Namun, dia tidak bisa membantah apa yang sudah bapaknya tetapkan. Lagi pula, agar Airlangga tahu pahitnya mencari sesuap nasi di luaran sana.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Rezky kita

Selebihnya

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku