Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
5.0
Komentar
112
Penayangan
10
Bab

Uang bisa membeli apa saja. Dan siapa saja. Sebagai kepala keluarga Constantine, aku terbiasa dengan orang-orang yang tunduk pada keinginanku. Kejam, kaku, pantang menyerah-semuanya itu adalah aku. Ketika aku menemukan seorang wanita yang tidak takut saat menatapku, tapi malah tersenyum padaku, aku tertarik. Ash Elliott membutuhkan uang tunai, dan aku menukarnya dengan sikap kasar dan hina.

Bab 1 1. Winston Constantine

Winston

Keheningan adalah sebuah kebahagiaan. Sepi, tidak ada tidak ada gumaman, tawa, juga omong kosong ditempat ini.

Kebanggaan membanjiri perasaanku saat mereka semua menuruti permintaanku yang sederhana. Itulah yang membuat semua yang ada di perusahaan ini terus berputar dan bergerak secara efisien. Kami bukanlah perusahaan Fortune 500 dan salah satu perusahaan akuisisi paling bergengsi di dunia tanpa alasan. Dibutuhkan kendali seorang pemimpin bertangan besi untuk menjaga agar semua orang tetap tunduk dengan sempurna. Semua itu karena mereka mematuhi satu aturan emas dariku.

Bekerja lebih penting daripada bermain. Dan aku juga memberi mereka imbalan yang setimpal untuk itu.

Halcyon mengharuskan semua orang untuk bermain sesuai aturan Constantine dengan aturanku untuk mempertahankan kendali penuhku atas kota terkutuk ini.

Gedung pencakar langit setinggi 1.700 kaki, Halcyon Building, bukan hanya menjadi pusat perusahaan bernilai miliaran dolar, tapi juga sudah menjadi rumah bagi tiga restoran bintang lima, bar, cigar lounge dan spa kecantikan dengan teknlogi termutakhir, tiga lantai hunian elit, dan sebuah private terrace di puncak gedung. Gedung ini adalah salah satu karya arsitektur yang paling dihormati dan dikagumi di New York. Kami telah muncul di setiap majalah arsitektur, dan sebuah film bahkan pernah dibuat di sini.

Gedung ini adalah simbol kami, symbol dari Constantine. Besar. Kuat. Mengintimidasi.

Keluarga Morellis hanya berharap keberadaan mereka di kota ini mendekati kekuasan kami. Tapi, tak peduli seberapa keras mereka berusaha untuk keluar dari jurang keterperukan dan berdandan agar sesuai dengan kehidupan kami, mereka akan selalu menjadi tikus yang memakai setelan jas.

"Selamat pagi, Tuan Constantine," kicau Abby. Berambut pirang. Payudara besar. Tiga anak.

Aku menolehkan kepalaku menatapnya. "Abby."

"Selamat pagi, Tuan Constantine," Brenda menyapa, senyum lebar di wajahnya yang keriput. Enam puluhan. Janda. Terobsesi dengan yoga.

"Brenda."

HR membenci obsesiku.

Ketertiban. Kebersihan. Aturan. Tapi, karena aku pemilik perusahaan ini, mau tidak mau mereka mengikuti keinginanku, terlepas dari aturan apapun yang dilatih untuk mereka ikuti.

"Selamat pagi, Tuan Constantine," kata Cara sambil melambaikan tangan. Model yang gagal. Memiliki ayah yang bermasalah. Menyukai makanan Cina.

"Cara."

Empat sekretaris yang bekerja di kantor eksekutif harus mengikuti arahan yang sangat ketat. Yakni, menjaga privasi bukan lagi sekadar kebutuhan, tetapi sebuah keharusan. Terlalu banyak tikus di kota ini yang menunggu celah untuk masuk ke tempat ini. Dan itu adalah tugasku untuk mengenal semua orang yang bekerja di bawahku untuk memastikan mereka tetap solid, dan aku tidak suka dengan keberadaan hama di perusahaanku.

Aku sampai di meja terakhir-setiap meja memiliki sudut yang sempurna dan sejajar dengan cara yang kusukai dan menunggu sekretarisku mengakhiri panggilan teleponnya. Setelah selesai, dia menyunggingkan senyum lebarnya dan menyerahkan kopi pesananku. Hitam dan panas dengan sedikit pala di dalamnya.

"Selamat pagi, Tuan Constantine." Dia mengedipkan matanya dengan bulu mata palsu ke arahku. Bercerai. Social climber. Master organizer.

"Deborah," kataku. "Ada telpon?"

"Adikmu. Perry."

Ahh, Perry. Bocah sialan yang selalu merengek dengan ibu, seolah-olah dia bisa memasukkan tangannya ke dalam dompetnya dan mengeluarkan apa pun yang dia inginkan kapanpun dia mau. Bocah konyol.

"Dia bilang dia mencoba menghubungimu. Aku bertanya apa dia ingin mengatur pertemuan denganmu, tapi dia menolak. Meskipun, dia menggunakan kata-kata yang jauh lebih baik daripada yang aku pikirkan."

Kami berdua sama-sama menyeringai.

Baby Constantine benci jika dia disingkirkan atau diabaikan. Mau tidak mau, aku harus menyalahkan ibu pengasuhnya, Ivory. Wanita itu tidak pernah bisa memiliki anak dan memperlakukan Perry seperti anaknya sendiri. karenanya Perry jadi a sangat manja, dan itu menunjukkan sesuatu hal yang berbeda dari darah kami darah Constantine yang terkenal kejam dan tegas..

" Kurasa aku akan memberinya sebuah medali minggu depan," kataku sambil mendekatkan cangkir ke bibirku. "Ahh, sempurna seperti biasa."

Deborah merapikan rambutnya. “The best for you.”

Aku mengedipkan mata padanya, dengan perasaan jengkel pada aturan yang kubuat sendiri. Jangan meniduri staf. Sering kali, aku mempertimbangkan untuk melanggarnya demi Deborah. Dia sangat antusias untuk dipuaskan dan hal itu membuat rangsangan pada zakarku menjadi sangat keras. Namun, aku tahu bahwa hal itu akan menimbulkan kekacauan. Tidak peduli seberapa cantiknya wanita itu dengan rok pensil dan bagaimana ide memintanya berlutut di bawah mejaku cukup menarik, semua itu akan berakhir dengan buruk. Deborah terlalu bagus dalam pekerjaannya untuk membuatnya kalah karena perasaan yang salah. Dan itu pasti akan menjadi petaka karena aku bukan tipe pria yang suka menjalin hubungan.

" Aku ada pertemuan dengan Ralph Bison dari Bison Group satu jam lagi. Tunggu teleponku. Jika Perry menelepon, tanyakan padanya berapa banyak yang dia inginkan." Kami berdua tahu bahwa Perry hanya akan meneleponku jika ia membutuhkan uang untuk alasan apapun yang akan ia lakukan.

"Tentu saja, Pak."

Aku melangkah ke pintu kantorku dan meletakkan tas laptop kulit Venezia berwarna coklat tua agar aku bisa memasukkan kodenya. Meskipun aku sangat mempercayai Deborah, akses ke kantorku saat aku tidak ada di sini adalah batas yang tidak boleh dilewatinya.

Setelah membuka pintu, aku mengambil tas kerja dan menyalakan lampu, menyinari kantorku yang luas. Sebenarnya hal ini tidak perlu karena kurangnya furnitur yang ada di kantorku, tapi aku suka ruang yang kosong. Sebuah meja apung hitam ramping selebar lima kaki berada di tengah ruangan. Meja ini bisa diubah menjadi meja berdiri dengan menekan sebuah tombol, yang merupakan suatu keharusan mengingat betapa seringnya aku mondar-mandir saat bekerja. Aku melangkah masuk, mencium aroma manis yang luar biasa di udara, dan meletakkan cangkir dan tas kerja di atas meja. Seperti biasa, aku berjalan ke salah satu dari dua sisi jendela dari lantai ke langit-langit sehingga aku bisa melihat ke bawah ke kota yang kami miliki.

Ini bukan New York City. Ini adalah Kota milik Constantine.

Aku tersenyum sambil memikirkan kutipan yang sering dikatakan oleh ayahku. "Keluarga Constantine membuat keluarga Rockefeller terlihat seperti pengemis." Keluarga kami minum, bernapas, dan buang air dengan uang. Itu adalah kutipan dariku, yang membuat Ibu merasa ngeri setiap kali mendengarnya.

Kota ini terlihat berkilauan di bawah sinar matahari pagi di bulan Mei, bak model bangunan yang bertahtakan berlian. Aku bisa meluangkan waktu untuk menghitung kepemilikan harta benda kami satu per satu, tapi aku hanya punya waktu sekitar empat puluh menit sebelum aku dan Bison mendiskusikan bagaimana dia akan membungkuk dan membiarkanku untuk menidurinya. Tidak secara fisik, hanya sebagai kiasan bahwa aku akan menjadikan bokong orang kaya itu sebagai budakku. Intinya, aku tidak punya waktu seharian.

Aku merasa sangat senang pada Jumat pagi, ini membuatku langsung menelepon, memastikan bahwa aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku mulai berjalan mondar-mandir seperti biasa saat otakku mulai bekerja. Tapi kemudian aku mendengar suara yang berkriuk.

Kecil. Tidak terlalu penting. Tapi, oh sial! Ini sangat buruk.

Aku berhenti sejenak, mengangkat kakiku. Tidak ada apa-apa. Aku mengangkat kakiku dan melangkah lagi.

Kresek.

Api kemarahan membara di dalam diriku seperti gunung berapi, meletus dengan dahsyat. Sambil mengangkat kakiku sekali lagi, aku memegang pergelangan kakiku dan memutar untuk melihat apa yang ada di bagian bawah sepatuku.

Sebuah bungkus permen!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Pratprati

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku