Love is Love (Love)
ggil-manggilku untuk pulang. Sumpah! aku merasa jadi anak durhaka karena sudah lama tidak
-teman sudah jijik kepadaku karena mau diajak berdua oleh si Samuel berengsek itu. Andai aku
dak hanya dikenal sebagai pemakai
. desahku sambil
gi. Rasa rindu kepada Papa menjadi energi gaib yang membuat tubuhku kuat. Terbayang wajah bahag
umahku yang berada di pelosok. Banyak penjual buah berjajar di sepanjang jalan. Aku memutuskan untuk
kesedihan di depan semua orang, terutama Papa. Jika sedang sedih, aku memilih diam menyendiri untuk menghisap
tuskan untuk menepikan mobil dulu sekadar menenangkan hati. Tak berhasil. Hatiku makin gelisah. Mungkin di sana,
man, akan kujalani hidup ini sendiri. Akan
bil. Habis jalan yang berkelok-kelok, jalanan yang aku tempuh menurun seolah menuju lembah. Aku semakin berhati-hati dan akhirnya bisa menarik napas d
*
diri sendiri. Perasaanku semakin tidak enak. Sepert
linap di antara tetangga yang hanya menatapku iba. Sampai di depan pintu, k
melesat ke arah jenazah Papa
man di sana. Senyuman yang membuatku bahagia. Tak ada.
, Pa!" Air ma
nya dengan harapan Papa membuka mata. Ni
gkau memanggil Papa
*
mbantu tanpa diminta. Ada yang bertugas menggali kubur, memandikan, dan m
angat perih. Langit mendung, angin berembus pelan menurunkan gerimis. Beberapa kali aku mendapatkan ucapan dukacita
ama?" tanyaku ke
sok yang aku cari memang tak ada. Ak
sisinya. Tak heran, jika kematian Papa sangat disesali oleh para tetangga, karena semasa hidup, apalagi dulu ketika Papa masih sukses, banya
di samping pusara Papa. Angin yang berembus kencang dan sisa-sisa gerimis yang dibawanya tak berarti apa-apa jika dibanding dengan gerimis di hatiku. Baru kali ini aku merasakan keped
janji akan sering datang kemari
i memutar tubuh. Di sana, dari arah pintu masuk permakaman sebelah utara, aku melihat seorang wanita berbaju hitam s
rgap. Seolah tak ada lagi kehidupan di rumah ini. Para tetangga pun sudah pulang ke rumah masing-masing. Entah sengaja memberi kesempat
berdiri lalu melangkah menuju bufet itu. Beberapa pigura berisi foto keluarga, kerabat, dan teman-teman masa kuliahku terpajang di sana.
lupakan sesuatu. Sebelum insiden malam itu terjadi, hubunganku dengan
engan Papaku. Tuh anak sebenarnya sangat baik dan mudah akrab dengan siapapun. Foto i
at kali pertama meng
, Ri? Keren banget pemandang
unung, Samuel begitu takjub melihat pemandangan perkebuna
uk, membawaku pada masa lalu. Suas
." Aku menunjuk sebuah perkampungan di kaki gunung. Bangunan-bangunan yang tertata rap
u tidak pernah mengajakku kemari
a datang ke tempat ini. Aku selalu mencari alas
. Tapi sekarang...." Aku memotong kata-kataku sendiri karena rasanya terlalu men
ya," hib
ndangan, kami kembali melan