Allena
t sebuah jam besar bergaya klasik yang terlihat mewah, itu mengingatkanku pada hadiah yang diberikan Papa dulu saat ... eh, tunggu dulu! Jamnya, kasur nyamannya, selimut tebal lembu
ah sa
n, tertegun beberapa saat melihat pria dengan bola mata hitam yang sedang m
bali melihatku dengan ekspresi yang sama seperti
usir Dewa K
dang mempertontonkan wajah lum
api, bagaimana bisa? Buka
rti itu lagi. Berbahaya, juga s
da di sini? Astaga ... sebenarnya apa yang sudah terjadi? Apa dia benar-ben
n untuk mengusir pria asing ini. Perih. Seluruh badan juga terasa sangat lem
annya. Jangan terlampau banyak bergerak, itu paasti akan membutmu pulih dengan
in pulih! Aku tidak ingin sembuh!'' Aku berteriak keras dengan sisa tenaga yang kumilki pada pria asing ini. ''Aku ...
lagi, seakan teriakanku tadi tidak di dengar olehnya. Sudahlah. Aku tidak
ng kembali mulai terasa. Sakit di hati, juga seluruh badan. Harusnya aku sudah tidak merasak
iba saja pria asing itu sekarang malah menggengam tangan ka
uncul lagi, mengelilingi kami, setelahnya menghilang begitu saja tanpa terjadi apapun. Aneh, tida
u akan menerima hukuman lebih parah dari ini nanti,'' ucapnya d
-tiba muncul saat melihat tatapan mengerikannya tadi. Itu sebuah
anya menyentuh, mengggengam lama, dan ... aku yakin dia juga yang mungkin menggendong atau meny
seseorang yang menjadi penyebab semua ini tiba-tiba berp
Tok
dangan dari manik hitam pria yang masih saja menatapku datar. Siapa yang datang? Apakah se
u baik-baik saja? Bisa
nya bulir bening itu terasa mulai mengalir lagi dari sudut mata. Kenapa baru sekarang Mama datang? Sudah setengah jam berlalu j
arah, tapi juga air mata. Kamu sudah
kan. Bukankah semuanya sudah terasa seperti hukuman bagiku sekarang? Aku bahkan tidak mengerti kesalahan ap
tebelalak saat melihat sesuatu yang bergerak-gerak merah merayap sudah m
i balik pintu terdengar panik. Kenapa Mama tidak bisa masuk? Bukankah
run mendekat, berhenti tepat di hadapanku, lalu tiba-tiba saja berubah menjadi
olongin A
' Kali ini pintu seperti dipukul dengan keras, men
perut panjang meliuk itu. Mengerikan. Apa kegagalan mati pertama agar supaya aku bisa menjadi cemilan sore hari makhluk ini? Astaga ... mati denga
an
g berserakan di lantai masih terlihat basah. Aku tersudut. Kamar dengan luas bahkan lebih besar dari ruangan di kam