Kekayaan Besar: Aku Adalah Seorang Miliarder
at Matias saja yang terdengar. Sebelum dia berb
Kedua manusia rendahan itu diam-diam berdoa dalam hati dan berhar
k waktu yang lama, kemudian merasakan gel
tnya menjadi sangat gembira. Bibir pucatnya yang lelah pu
hati dan memaafkan kesalahan saya." Matias mengelua
g bertanggung jawab atas kehidupan sehari-hari Tobias. Dia memberitahun
e pun segera datang dengan buru-buru ketika m
hari ini dia mungkin sudah membakar kalori selama sebulan. Dia me
u kita sepertinya masih belum tiba," ujar To
a Direktur baru!" Matias merasa sedikit pusing, jadi
tur baru kita? Jangankan setelan jas formal, dia
kumuh. Keluarganya bahkan tidak mampu untuk membeli sep
alian." Matias menyadari ada yang tidak beres, dia segera mengeluarkan dokumen dari dala
t apa yang membuktikan bahwa pria miskin seperti Raivan ad
tu, Tommy menelan ludahnya dan masih berharap, tapi kemudian dia melihat foto Raiv
ika menjadi kelam, seolah ada sebuah pal
an tangannya gemetaran tak terk
nya, jantungnya seperti jatuh ke lubang es d
identitas Direktur Januar. Dia adalah putra kandung
ng seketika m
engan Kepala Pelayan Zoe, dia tidak mun
Tobias, tapi pada kenyataannya, para manajer lain yang pernah bertemu satu
n Zoe adalah yang ke
terkenal di ibu kota!" Su
g tanah yang sangat besar. Kalau merasa tidak senang, d
Renata menjadi kosong, dia sama seka
rhuyung beberapa langkah dan jatuh ke lantai. Dia tidak hanya
ar, memiliki banyak nyaw
kemudian berlutut di samping
anya ke lantai dengan keras dan berkata dengan lantang, "Saya memang bajingan! Saya
e itu perlahan mengalir ke hidungnya. Musuhnya telah berlutut d
aivan tidak bisa mengingat hal lai
endang ke mana-mana dan semakin kotor. Apa kamu sedang menggunak
a lakukan, kalau Anda ingin melihat saya lompat ke tempat sampah
lemah dan menilai orang dari penampilannya." Raivan mengumumkan dengan suara keras, "Hotel ini tida
tahu salah, saya tidak berani lagi, saya berjanji a
n banyak waktu sampai akhirnya bisa naik ke posi
melompat keluar dari tenggorokan ketika melihat b
ka dan sama sekali tidak berani melihatnya. Mereka takut begitu suas
rnya, mengisyaratkan agar Tommy diam, "
e di tanganmu ke mulutmu nanti.' Ini ad
engan gemetar. Semakin melihatnya, semakin dia merasa bahwa yang a
obias, dia tidak berani melakuka
kata Raivan d
bagaimanapun, Wakil Manajer Umum Tommy j