Diko berjalan ke arah pantry yang ada di kamar hotel tempatnya menginap dengan Sarah. Istrinya itu sedang mandi, dan Diko membuat minuman hangat untuk mereka berdua. Ia sudah tak mau menahan, baginya, ditekan keluarga begitu membuatnya tersiksa, ia akan melakukannya, dan semua rencana akan berjalan mulus.

Ucapan yang ia sampaikan ke Sarah jika mulai menyukainya, itu benar, namun, tetap saja ia tak bisa memberikan rasa yang sama seperti saat dengan Abel. Diko salah, karena ia belum tahu Sarah yang mempesona. Bahkan, tanpa ia ketahui, ada sosok lain yang mengincar wanita itu dari sisinya selain Russel. Diko tak sewaspada itu, dan akan mempersulit dirinya kelak.

Pintu kamar terbuka, Sarah berjalan santai, menatap heran ke suaminya yang memintanya duduk di sofa. Sarah tak langsung duduk, ia mengambil sepotong kue, perutnya lapar karena ia tak makan dengan benar di acara tadi, terlalu mual karena sikap Diko padahal makanan yang disajikan harganya mahal dan pasti enak.

Sarah duduk dengan membawa satu piring kecil berisi potingan kue rasa vanila. Diko membuka mulutnya, minta disuapi, Sarah melakukan dengan rasa jengah yang hampir meledak. Diko hanya senyum-senyum lalu mengusap kepala istrinya itu.