Wanita Simpanan CEO
nya. Mbak Jona ini yang biasanya selalu berurusan dengan kalangan staf seperti kami. Ini yan
ngkin meski aku sangat gugup. Mungkin hal ini terlihat oleh mb
berdiri. Karena pasti dia pertama kali melihat aku seperti
sudah menunggu." Mbak Jona meng
tkan aku tentang malam itu. Tapi tidak mungkin pria malam itu adalah Pak Gemilang. Tapi
na yang masuk secara perlahan. Aku menghela nafas sedalam
ang membelakangi aku dan mbak Jona sehingga
Gemilang. Sedangkan aku sekarang sudah panas dingin, sekaligus pen
tup dari luar, itu tandanya mbak Jona sudah berada dilu
e
ang terlihat oleh retina. Pak Gemilang benar-benar p
a yang terdengar tegas. Dengan takut-takut aku mendongak mendongak melihat wajah pria yang m
k jauh dari sana. Pak Gemilang mendudukkan pantatnya diujung meja dan menatap
u?" Pak Gemilang menyentakku da
g, antara takut dan bingung sekaligus. Kenapa
irimu." Pak Gemilang menadah
Aku mengiba agar ada kesempatan untukku masih bekerj
masih sangat membutuhkan pekerjaan ini, masih ada adik-adikku yang harus bersekolah. Apalagi b
ng santai seakan-akan hal itu wajar diucapkan oleh pria beristri. Dan dia m
kembali. Cukup malam itu yang menjadi malam kelam kehidupanku. Seketika ra
besarannya. Aku jelas saja kecewa dengan semua ini, tapi bagaimana lagi kehormatanku lebih dari segalanya. Aku masih bisa mencari peker
Mbak Jona berdiri saat aku sudah keluar dari ruangan pak Gemilang. Kami memang sudah saling mengenal karena jika
k gak marah kan?" Uc
hanya bisa mengucapkan hal ini dalam hati karena aku takut Pak Gemilang kembali mendengar kata-kataku. Aku
p. Semantap hatiku sekarang yang lebi
k melakukan kesalahan apapun. Dia sudah sangat mengenalku dari pertama awal kenal aku sudah sangat dekat de
k." Mbak Jona memeluk aku dengan era
mandang aku sinis pasti mereka sudah mengetahui jika aku dipecat. Pak Yuda juga turut
kan pak Yuda tetap diam saja meskipun dia mendengar cacian untukku. Aku hanya mampu tersenyum sini. Ini pria yang tad
u mejaku, aku membereskan semua barangku kekerdus y
a tak terkecuali pak Yuda
Diandra banyak salah." Hanya itu yang
ndang aku heran. Jelas saja mereka heran sebabnya aku membawa kardus yang berisi peral
a kedinginan. " Maafin mama ya sayang gara-gara mama kamu
itu aku mengendarai Caca menuju kosku. Caca aku mandikan
Didalam buku tabungan ini masih tersisa sepuluh juta. Uang ini bisa untuk dua bulan mendatang karena aku harus kirim uang bulanan dikampung tiga juta dan bia
ini, ini semua sudah ketentuan Tuha
harus mencari pekerjaan baru. Itu tekadku, aku tak ingin hanya bermal
*
nggalkan kenangan pahit dihidupku kemarin. Aku bergegas mand
an Caca dari p
a alias makanan. Aku membelikan amunisi Caca dipom bensin dekat kos
n tubuhku dari udara dingin musim kemarau dipagi hari. Aku menikmati ini dengan santai tak perlu ada lagi yan
nuju Caca yang terparkir dipinggir ja
ebenarnya sedang menyemangati diri s
pekerjaan. Perusahaan pertama yang aku datangi adalah Wijaya gru
Caca yang akan masuk. Sepertinya satpam disini sangat hafal deng
mengambil sebuah map yang sudah aku siap
yawan baru." Bagaimana bisa sedangkan tadi
n disini." Aku tetep kekeh untuk masuk. Aku masih ngotot masuk karen
an barunya masuk." Aku hanya bisa menghela na
an terutama karena aku tak melampirkan surat rekomendasi dari perusahaan tempatku bekerja sebelumnya. Aku menghabiska
-tiba saja Caca kehilangan keseimbangan. Sepertinya ada yang tidak beres dengan Caca. Aku bergegas menepikan Caca
tar jam 21.00 WIB dengan bau asam da
serta makam malam dengan lauk soto ya
cari handphoneku ada dimana, karena seharian
bukanya ini adikku. Ada apa sehingg
bergegas mengangkat telfon t
tak menjawab salamku apa ya
juga menghembuskan nafas pertanda aku belum siap un
Ya Tuhan musibah apa lagi sekarang. A
imana keada
usuk. Tiga tulang rusuknya patah dan harus segera dioperasi agar tidak membahaya
i dek, bilang sama aya
aku langsung blank seketika dapat dari mana aku uang b
ek, biar mbak yang cari." Ini sudah tang
kiranku mencari berjalan u
mendapatkan uang tersebut, terus pan