Mas duda
a p
ri ini aku berada di dalam satu mobil b
ng mengajakku untuk berangkat bersama. Mau tak mau pun aku
akin tampan jika di lihat dari jarak sedekat ini. Rahang yang tegas deng
ibir pak Pras, membayangkan bibir pria itu yan
aat tak bisa lepas dari bibirnya, eh mak
k mengalihkan perhatiannya dan t
yaku bingung kenapa
menggelengkan ke
karena bi
mp
ak Pras. "Kamu
apa pakai acara keceplosan segala sih! rutuk ku
el di bibir bapak." kataku tergagap dan dengan cepat
tanganku yang menyeka bibirnya. Ku lihat pak Pras kembali rileks, huffftt! Untung
k bermain bersama boneka kecil miliknya. Aku tersenyum senang melihat
ucap pak Pras dan lagi-lagi tanpa m
mengalihkan pandanganku ke arah l
adi, dan terkadang di isi dengan suara
i di sebuah rumah tingkat yang cukup m
etap disini?" tanya pak Pra
a pak." sah
nggu sebe
i mobil bagian belakang. "Ayo sayang," ajak pak
pak Pras, dan dengan sigapnya pak Pra
an dengan wajah adik dari pak Pras, apakah cantik? Aku menebak pastilah
nya pak Pras keluar dan berjalan mende
menunggu." katanya dengan
ng, "tidak a
lambat atau bolos, apalagi jika bo
e
kata-kata sindiran pak Pras. Apa maks
apa ya?" tanyaku
ggapinya. Pak Pras menghidupkan mesin mobilnya yang kembali berjalan
suka sekali bolos saat jam pe
anku gemetaran cukup hebat. Darimana ia tahu? Bukankah dia
a Adelia?" ulang pak Pras yang sepertinya se
ng bapak katakan?" dengan
las pertanyaan, menari
an bapak." kataku berusaha bersikap santai me
ya menggeleng-gelengkan kepalanya, e
mulai gelisah sejak dia menga
. Bagaimana jika teman-temanku melihat hal ini? Maksudku, bagaimana
asa panik menyuruh pak Pras
mendadak hingga menimbulk
Wika?" tan
saja pak," kataku d
u?" tanyanya
m, i
jam pelajaran saya?" Pak P
ya itu, lalu kepala ku mengangguk menandakan ji
san yang jelas dong. Karena saya rag
k ku pada pak Pras agar
alan kaki menuju kampus." ucap pak Pras te
maka kamu tidak akan ngotot untuk berjalan kaki." kata
al