Pengantin Iblis Gila
ng menghantui langkah Isolde. Setelah pertemuan yang menegangkan di aula,
kan kegelapan yang akan segera menyelubungi hidupnya. Benar-benar tidak ada yang mengingatkan pada kebahagiaan atau cinta. Setiap detailnya menging
kaki terdengar
menyambut kedatangan pelayan yang masuk dengan wajah muram.
Nama itu terdengar seper
yang harus ia mainkan dengan sangat hati-hati. Ia tak bisa menunjukkan kelemahan, tak bisa menunjukkan ketakut
egitu tinggi dan tegap, dengan mata abu-abu yang tampak seolah mampu menembus jiwa setiap orang yang dipandanginya. Wajahnya yang tampan tidak mengand
berdegup kencang, na
n rendah, hampir seperti bisikan
. Hanya tatapan tajam yang membuat Isolde merasa sep
aranya terdengar lebih mantap daripada yang dirasakannya. "Dan aku perc
tubuhnya, mencari kelemahan. Namun, ia tidak berkata apa-apa lagi. Hanya berdiri di sana
itu dengan cemas, mencoba mengalihkan perh
emakin membebani dadanya. Severian mengikutinya, langkah kakinya terdengar berat dan pe
an dan anggur sudah siap, tetapi suasana itu terasa se
ngan tenang, seakan segala sesuatu di dunia ini adalah urusan biasa baginya, sementa
ening itu tidak
u?" suara Severian pecah, tajam dan langs
ar. "Aku tidak punya pilihan," jawabnya, matanya menatap lurus ke arah mat
ringai, "sebuah peng
pkan kebencian yang merayap di dalam diri
beranian Isolde. "Keputusan yang akan menentukan hidup
as. Isolde tahu, ini baru permulaan dari sesuatu yang jauh l