Skandal Di Lantai 26
rakan yang tenang namun penuh otoritas. "Yan
las sebelum kembali foku
k, kaki sedikit terjulur. Senyuman khasnya, yang selalu m
ryawanmu," jawabnya ringan, seperti bia
erkejut tapi berusaha tidak men
onasi yang netral, mencoba mene
rik," Gio menjawab, menekankan kata terakhir de
l, tapi dengan cepat menguasai diri. Ia memilih tidak menan
rik lagi di kantor ini," katanya s
e sini. Jangan perempuan terus yang
yang terdengar santai tapi ti
Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan," katanya, mem
tak bisa tidak memperhatikan mereka. Raka, dengan aura tegas dan wibawa yang tak tertandingi, berjalan seolah membawa dunia di pundaknya namun tetap mampu menguasainya
omentar Gio, matanya melirik sekitar, memperhatik
erubah menjadi coffee lounge dengan pemandangan kota yang menakjubk
a," ujar Gio kagum, tangannya
io," jawab Raka sambil menunjuk sala
ang. "Tapi jujur, lihat kamu sek
ingin membahas dirinya sendiri. "Cu
ngkapi. Raka adalah tipe pria yang terukur, serius, dan penuh tanggung jawab, sementara Gi
ngkir kopinya, tiba-tiba berkata, "Aku nggak bis
nya, berhenti sejenak lalu menoleh. Alis
pis yang penuh arti. "Tadi waktu dia
yang kamu inginkan darinya?" tanyanya dingin
an kepalanya seolah terhibur
a sapaan singkat, tapi cukup untuk membuatku mengingatnya. Tapi sete
kkan ponselnya di meja. "Dia salah sa
n: jangan bikin m
-pura terkejut. "Aku nggak bikin masalah, Raka. Ak
at kedua tangannya di depan dada. "Aku kenal kamu, Gio. Dan aku t
a tersen
lebih pelan namun penuh peringatan. "Nadin bukan
enikmati situasi ini. "Permainan? Siapa bilang in
hanya menatap Gio d
angkirnya dengan perlahan. Ia menatap Raka dengan tata
seperti apa?" tanyanya ti
spresi. "Aku tidak tahu. Aku bahkan belum pernah be
erhibur. "Serius? Jadi kamu benar-benar menyerah
enak sebelum menjawab. "Aku tidak terlalu peduli
o tertawa kecil, nada sua
ka selalu mengatur segalanya untukmu, bahk
ya dengan pan
kukan apa yang men
Gio, mencondongkan
u menuruti apa kata mereka. Seja
o hanya menggoda, seperti biasa, tapi pembahasan tentang perjodohan
h, bagaimanapun, aku harus pergi sekarang. Ada ur
an senyum khasnya, k
k selalu menjadi apa yang mereka inginkan. Hidup ini mil
mbelakangi Raka. "Kita lihat saja, Raka. Kadang, ora
balik pintu. Setelah itu, ia tetap duduk di tempatnya, membiarkan angin menghembuskan a
palanya. Ia tahu Gio, jika pria itu sudah penasaran pada sesuatu atau s
eraih ponselnya dari meja. Jemarin
h kusiapkan untukmu. Tunggu aku di kama
ajahnya tetap dingin, tapi ada sesuatu di matanya, kecamuk a
*
tu sebentar untuk menarik napas di tengah hari yang melelahkan. Namun,
lagi," sapa Gio d
um tipis. "Iy
an satu tangannya ke dinding, membuat jalan Nadin sedikit ter
kamu," katanya dengan senyum santai, teta
, merasa ragu. "Untuk ap
saja. Lagipula, lebih gampang kalau aku bisa langsung hubungi kamu," jawab Gio,
a. Karena setahu Nadin, Gio adalah sahabat dekat Raka, ia ti
meminta ponsel Nadin. Ia menatapnya dengan
n, lalu menyerahkan ponse
ngan santai, mulai
ang. Itu adalah nada dering khusus pesan dari Raka, yang ia
kening sambil tanpa sengaja melih
ambu