JEJAK - JEJAK PENGKHIANATAN
asa semakin terperangkap dalam kebohongan yang ia bangun. Meskipun ia berusaha untuk tetap tenang, pikirannya tak b
g. Ia ragu sejenak, tetapi akhirnya memutuskan untuk pergi. "Mungkin ini kesempatan u
rtuju pada sosok wanita yang sudah ia kenal sejak lama-Rina. Ia duduk dengan santai di meja pojok, memandang
tangannya dan tersenyum. Ada sesuatu yang berbeda d
ak undanganmu, Rina." Senyum tipis terbentuk di wajahnya, meskipun
membuat Aditya merasa sedikit lebih tenang. Namun, ada sesuatu yang tak bisa ia hindari-sesuatu di ma
cuaca, dan lainnya-tetapi ada keheningan yang mulai terasa semaki
ditya dengan serius. "Aku khawatir dengan kalian berdua. Sepe
tegangan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Ia mencoba tersenyu
kamu lebih baik dari itu." Ada ketulusan dalam suaranya yang membuat Aditya merasa te
ebelum akhirnya Rina berbicara lagi dengan suara yang
p semakin kencang. "Apa itu?" tanyanya, mesk
s dari mata Aditya. "Aku... aku merasa ada sesuatu
ulutnya terasa kering. Ia tahu ini akan datang, tapi tetap saja ia merasa
ku tidak bisa lagi membohongi perasaanku, Aditya. Aku tahu kamu sudah menikah,
ng mulai tumbuh di dalam dirinya juga. Ada ketegangan yang tak terucapkan di antara mereka. Meskipun m
a akhirnya menemukan suaranya. "Aku sudah berkomit
ditya. Aku tidak ingin menghancurkan hidupmu, atau hidupku
k bisa ia kontrol, perasaan yang sepertinya semakin menguasai dirinya. "Aku juga merasa begitu, R
sangat berat. "Aku tidak ingin kamu menyesal,
antara dua dunia yang berbeda-kehidupan rumah tangga yang ia bangun dengan Melani, d
erubah seketika, meskipun ketegangan itu tetap terasa di udara. Aditya berusaha untuk mengali
sa, Rina," kata Aditya dengan suara berat. "Ti
hwa apa yang baru saja terungkap akan mengubah segalanya. Tapi, apakah mereka aka
Udara di sekitar mereka terasa lebih berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dada masing-masing. M
a terus begini, Aditya," katanya, suara yang lebih rendah dari sebelumnya. "Aku tahu
ukanlah hal yang mudah untukku. Aku sudah berkomitmen pada Melani." Ia menggelengkan
erusak hidupmu, atau kehidupan kita berdua," ujarnya lirih. "Tapi perasaan ini te
rasa bersalah terhadap Melani, namun di sisi lain, ada ikatan yang mulai terjalin dengan Rina-ikatan yang sulit un
suara yang hampir tidak terdengar. "Tapi aku tak tahu apa ya
kan mencoba menenangkan dirinya
n kamu tahu bahwa aku ada di sini, jika kamu ingin bic
ta yang baru saja diucapkan. Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya menggelayuti h
n mencoba untuk mengalihkan suasana. "Melani tahu kamu sedang merasa te
skipun senyumnya terasa paksa. "Melani tidak tahu ap
kit kekecewaan di matanya. "Tapi itu tidak akan bisa bertaha
ngan nada lemah. "Aku ta
uatnya terjebak dalam pusaran perasaan yang tidak bisa ia kontrol. Ia ingin menjaga segalanya tetap bai
. "Apapun yang terjadi, aku hanya ingin kamu bahagia. Kala
kebingungan dan kesedihan. "Aku... aku tidak tahu apa
angkit dari kursinya. "Mungkin kita
galkan Aditya dengan pikira
lah dunia sekitarnya runtuh pelan-pelan. Semua yang ia coba untuk pertahanka
ah ini benar-benar yang aku inginkan?" tanyanya pada
kebingungannya-ada perasaan yang terus tumbuh, bahkan setelah
ambu