DUA WAJAH CINTA
hitam sederhana dengan potongan elegan. Arman, seperti biasa, sibuk di sudut ruangan bersama rekan-rekan ke
lembut tapi penuh energi tiba-
um hangat. Dia mengenakan setelan abu-abu yang pas, dengan das
rsenyum kecil,
Aku Raka, kolega baru Arman." Dia me
ngannya. "Maya,
g cerita tentang kamu di kantor. Tapi aku en
ertawa kecil. "Kamu i
il mengambil segelas jus dari meja. "Tapi seriu
seperti ini memang bukan favori
ndekat sedikit. "Tapi aku punya trik untuk me
kan alis. "
ng menarik," jawab Raka
beda dalam dirinya. Percakapan mereka mengalir dengan
a Saat
ghindari keramaian. Udara malam terasa sejuk,
eksekutif sukses seperti Arman?" tanya Raka
nnya. "Menyenangkan, aku rasa. Tapi kadang... a
ya, menatap Maya dengan
u tahu dia bekerja keras untuk kami, tapi aku jug
"Kadang, orang yang sibuk mengejar mimpi lu
kata-kata Raka menyentuh se
kata-kata?" tanya Maya, men
ambil tertawa. "Tapi aku ta
r Ac
Arman menghampiri Maya yang m
ta Arman dengan nada sedikit terges
engangguk sopan. "Kami baru saja
menepuk bahu Raka. "Maya, ayo kita pu
ke belakang. Raka berdiri di balkon, memandang mereka dengan senyum
ayang kembali ke percakapannya dengan Raka. Meskipun singkat, ada sesuatu dalam dirinya y
askan sebuah rencana kerja sepanjang perjalanan pulang. Ia hanya mengangguk sesekali, tanpa benar-benar m
a yang aku bilang?" suara
a cepat, meskipun ia tak tahu ap
enar-benar dengar. Kamu kelihatan capek
t," balas Maya singkat, matanya
kan H
buta. Ia menyalakan laptopnya, mencoba fokus pada pekerjaan desain interior yang selama ini menjadi
elnya berbunyi. Sebuah
u ngobrol semalam. Rasanya menyenangkan
Aku juga merasa begitu. Jarang ada
ru. Kita enggak akan pernah tahu apa yang k
segar bagi Maya. Hatinya berdeb
api terkadang mencoba hal ba
tkan itulah yang paling m
tahu percakapan ini berbahaya, tapi ada si
Kafe Kecil De
a laptopnya dan duduk di sudut sebuah kafe yang sepi. Saat
ay
i sana, mengenakan kaos santai dan cela
an di sini?" tanyanya, men
uang. Tempat ini tenang, cocok untuk kerja,"
uma cari suasana ba
duduk?" t
las Maya deng
wa kopi pesanannya. "Kamu kelih
royek desain yang ha
bidang yang keren. Aku selalu kagum dengan ora
ang pekerjaan, kehidupan, dan hal-hal ringan lainnya. Setiap kata yang diucapkan Ra
bahwa ia tidak pernah merasa sehidu
i, di Ru
mu dengan perasaan campur aduk. Ia memandangi po
ri sendiri. "Aku tidak seharu
di foto profilnya, ia merasakan
bersikap seperti biasa. Tetapi pikirannya ter
. Tetapi, Maya merasakan jarak yang semakin jauh di antar
ubah. Tapi di sisi lain, ada bagian dalam dirinya yang tidak ingin melepask
ambu