CEO: Kepincut Cinta Biduan Cantik
nia kemarin, mencoba mencari celah atau tanda-tanda bahwa wanita itu memiliki niat tersembunyi. Sebagai seseorang yang sudah
di guru TK, semuanya terdengar sangat nyata. Namun, di sisi lain, Dimas tidak bisa mengabaikan pengalaman pahit masa lal
a di meja. Ia mengingat tatapan Rania, bagaimana matanya berbinar saat berbicara
n pikirannya masih tertuju pada tawaran Dimas. Ia merasa terhormat bahwa Dimas memperc
a di posisi itu?" tanyan
rima pesan dari nomor tak diken
gi untuk membahas tawaran saya. Ada beb
ya. Ada nada formal yang membuat Rania merasa ada sesuatu yang sal
-
n postur kaku, matanya menatap Rania dengan dingin. Begitu Rania tiba dan
a Anda menerima tawaran saya untuk bertemu? Apakah karena Anda merasa ini ad
u. Ia tidak menyangka Dimas akan langs
enghormati tawaran Anda karena saya peduli pada Naira. Itu saja," jaw
nyak berurusan dengan orang-orang yang berpura-pura peduli hanya untuk me
gu. Saya hanya seorang penyanyi kecil yang tidak punya apa-apa. Tapi saya tidak per
enjadi guru TK? Bukankah tawaran ini terdengar seperti jalan pintas untu
sa dipermalukan, seolah-olah semua perjua
a bantuan Anda untuk mencapai mimpi saya. Jika saya menerimanya, itu
keraguan. Rania berdiri, mengambil tasnya
ini. Saya tidak ingin menjadi bagian dari hidup seseorang yang
-
ng membuatnya merasa bersalah. Tapi ia juga tahu, rasa bersalah itu berasal dari rasa takutnya sendiri. Ia telah membangun tembok begitu
enghentikan dirinya sendiri. "Apakah aku salah menilai dia?" pikirnya. Tapi,
Di kamarnya yang kecil, ia menangis pelan, melepas
menatap bingkai foto anak-anak yang selalu menjadi sum
hwa tidak ada gunanya terus memikirkan hal itu. Jika Dimas tidak bi
-
hidupnya, meskipun perasaan kecewa itu masih membekas. Ia fokus pada kuliahnya, t
ng kembali pendiam, seperti sebelum bertemu Rania. Gadis kecil itu tidak lagi ceria,
lagi?" tanya Naira suatu malam,
asa bersalah. "Papa tidak tahu,
-
bungi Rania, meskipun ia tidak yakin apakah wanita itu akan mau berbi
da bersedia, saya ingin memperbaiki kesalahpahaman ini. Naira merin
ega karena Dimas akhirnya menyadari kesalahannya, tapi ia juga ti
mengabaikan perasaan Naira. Gadis kecil itu telah memberikan tempat khusus di
a bertemu. Tapi saya ingin
mereka. Rania tahu ini bukan perjalanan yang mudah, tapi
*
yesap kopinya, tetapi rasanya hambar. Pikirannya terlalu sibuk dengan kemungkinan bagaimana Rania aka
edikit lebih cepat dari biasanya. Rania tampak tenang di luar, tapi ia bisa melihat bayangan kelel
n nada netral. Ia duduk dengan tenang, t
a-katanya dengan hati-hati. "Terima kasih sudah bersedi
. Ia hanya menatap Dimas, men
lebih rendah dari biasanya. "Apa yang saya katakan waktu
Anda, Pak Dimas. Tapi saya perlu tahu, kenapa Anda mengataka
bertemu dengan orang-orang yang hanya melihat saya sebagai seorang CEO, seseorang yang bisa mereka manfaatkan. Setelah kehilangan ist
rasa terluka. "Pak Dimas, saya mengerti bahwa Anda memiliki masa lalu yang sulit. Tapi saya bukan m
karang. Tapi saya menyadari kesalahan saya terlambat. Saya hanya ber
ak tahu apakah saya bisa melupakan apa yang Anda katakan begitu saja. Tapi s
bungan mereka masih jauh dari kata baik. "Terima kas
-
esuatu yang berubah dalam dirinya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa bahwa ada seseorang yang benar-benar t
sa terluka oleh kata-kata Dimas sebelumnya, tetapi ia tidak bisa menyangkal bahwa pria itu terlihat tulus dalam
t pada gadis kecil itu dengan cara yang sulit ia jelaskan. Tawa dan senyum Naira
-
ke sana kemari dengan gembira, sementara Dimas duduk di bangku taman, mengawasinya dengan senyum kecil. Namun, piki
apa, kapan kita ketemu Kakak penyany
nya. "Mungkin segera, Naira. Papa se
akak?" tanya Naira tiba-t
hanya salah paham. Tapi Papa sudah meminta maaf,
ak sepenuhnya mengerti. "Aku suka Kakak.
. "Papa juga ingin itu terjadi
-
fokus pada pekerjaannya, tetapi pikirannya terus kembali pada Naira dan Dimas. Meskipun ia masih ra
beberapa teman dan dosennya bertepuk tangan dengan antusias. Namun, di dalam hatinya, Rania merasa ia sedang menyanyikan l
s aku lakukan?" gumamnya pelan. Ia tahu bahwa menerima kembali tawaran Dimas berarti memasuki dunia
-
baru. Kali ini, ia mengundang Rania untuk datang ke rumahnya dan menghabi
nyambutnya dengan pelukan hangat. "Kakak datang!" se
lah mengambil langkah pertama untuk memperbaiki semua
diselingi tawa dan canda antara Rania dan Naira. Dimas, yang biasanya me
Mereka tidak mengatakan apa-apa, tetapi dalam tat
mereka duga sebelumnya. Sesuatu yang bisa menyembuhkan luka lam