icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Setelah Malam Pengantin

Bab 2 2. Malam yang Tak Terduga

Jumlah Kata:1024    |    Dirilis Pada: 16/11/2024

ang Tak

terdengar dari luar, nadanya penuh kepanikan. Jantungku berdetak kencang. Aku segera membuka pintu lagi, dan betapa terkejutnya aku melihat sosok Regina berdiri di sana. Wajahny

at. Tetapi saat tatapan matanya bertemu denganku, aku segera tah

menarik pintu lebih lebar

hirnya ia melangkah masuk, tubuhnya sedikit gemetar. Aku menutup pintu dengan ce

merasakan kegelisahan Regina seolah udara di sekitarnya bergetar dengan rasa takut. Kami berdiri

gina? Apa ya

atanya memerah, dan meski ia mencoba menenangkan diri, jelas terlihat bahwa dia sedang sangat ketakutan. Setelah menarik napas dala

luar, mereka tidak peduli siapa yang mengemudi. Mereka hanya melihat kami berdua, dan sekarang mereka mengejar kami." Regina berhenti

Aku bisa membayangkan betapa paniknya situasi itu. Tempat kecil ini, meskipun tenang di siang

tertabrak?" tanyaku pelan, berhara

, dan ada yang berteriak-teriak. Mereka menuding kami... menuduh kami melarikan diri. Padahal kami berhenti... Meisya

ang Regina rasakan. Kampung ini, meskipun biasanya tenang, kadang bisa berubah menjadi tempat yang sangat keras ketika emosi mengambil alih. Aku bisa memb

nyaku pelan, mencoba menawarkan sesuatu, meskipu

arena aku melihat rumahmu yang paling dekat saat itu. Aku tidak tahu kemana harus pergi. Mereka akan men

ah orang-orang di luar sana tahu di mana Regina berada dan datang mencarinya. Aku mulai merasa cemas. Rumahku yang kecil in

ipun dalam hati aku juga tak yakin bagaimana cara melindunginya. "Tapi kita harus berpikir cepat. Kal

arus dilakukan. Aku berpikir keras, mencoba mencari solusi. Kampung ini kecil,

tah kenapa aku merasa seolah-olah ketenangan ini hanya menunggu waktu sebelum badai datang. "Kita tidak bisa tinggal

tanya Regina dengan suara

ng kampung. Dia sudah tua dan tinggal sendirian. Mungkin ora

ikannya pada Regina. "Pakai ini, untuk menyamarkan dirimu," ucapku sambil berusaha memberikan sedikit rasa a

enusuk tulang. Langit gelap tanpa bintang, seolah menggambarkan suasana hatiku saat ini-penuh ketidakpastian. Kami berjalan cepat mela

agi lelaki tua itu untuk membuka pintu. Matanya menyipit menatap kami berdua sebelum akhirnya tersenyu

h mendengar cerita kami, Pak Darman mengangguk pelan. "Masuklah, kalian bisa aman di sini untuk semen

t lebih tenang, meskipun aku tahu ketakutan itu belum sepenuhnya hilang. Aku hanya bisa berhara

wal dari sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang mung

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka