JEJAK DI BALIK KEBENARAN
ung. Ia terus mengirim laporan tentang Rina, dan Arman berharap ada sesuatu yang bisa menenangkannya. Meskipun kera
dengar serius. "Arman, saya sudah mulai menyelidiki Rina lebih dalam.
n?" Arman bertanya dengan j
kamu. Saya juga mendengar dari salah satu teman dekatnya, Lila, b
gnya. "Gelisah? Apakah
satu hal yang membuat saya khawatir. Rina sering kali menerima telepon dari seorang pri
ai bergetar lagi. "Apa k
Jika kita bisa menemukan siapa dia, kita mungkin bis
u segala sesuatu tentang dia," Arman berkat
a yang telah terjadi. Ia berusaha untuk tidak membayangkan Rina bersama pria lain, tetap
TV. Rina terlihat santai, tetapi Arman merasa ada jarak yang menganga di a
elepon tadi?" Arman bertanya, berusa
n outing," jawab Rina sambil tersenyum, tetapi
mu bersenang-senang," balas Arm
a. "Saya berhasil menemukan pria yang sering menghubungi Rina. Namanya Riko,
lebih mengerikan, Riko adalah teman sepermainannya. Arman teringat betapa dekatnya
an?" Arman membalas pesan Sint
dia bisa memberikan informasi lebih lanjut. Kita perlu berha
ko, tetapi dia tahu itu mungkin satu-satunya cara untuk menemu
enerima pesan dari Sinta, ketegangan dalam dirinya semakin meningkat. Dia bahkan mulai memperhati
n. Arman merasa cemas, tetapi ia tidak bisa menolak. Makan malam itu adalah
an duduk di sebelahnya, berusaha tersenyum. Namun, saat Riko tiba, jantung Arman
rmu?" tanya Riko, senyumny
ng bertautan lebih lama dari yang seharusnya. Arman merasakan panas
na, dan Arman merasa semakin tidak nyaman. Seolah ada rahasia
r restoran, Arman merasakan dorongan untuk berbicara dengan Riko
mengajukan permohonan, suaranya terd
kit terkejut. Mereka beranjak ke
ara belakangan ini?" tanya Arman,
"Ya, kami bekerja di departem
padaku?" Arman melanjutkan, berusah
, kami hanya berbicara tentang pekerjaan. Rin
ko. "Tapi, jika ada yang lebih dari itu, a
idak ingin terlibat dalam masalah kalian. Jika ada yan
pit dadanya. Dia tahu Riko tidak memberi tahu semuanya. Ada sesuatu yan
an tatapan penuh rasa ingin tahu. "Kau tampak
rbincang," jawab Arman, teta
uang kerjanya, pikirannya tidak bisa lepas dari Rina dan semua yang terjadi. Ia merasa terjebak dal
ponselnya. Ia melihat Rina terdiam sejenak, matanya bergerak cepat membaca pesan itu. Arman merasakan dorongan untuk ber
antai. "Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya a
etakutan di matanya. "Oh, aku baik-baik saja. Hanya sedikit stres d
aku selalu ada untukmu," Arman menamb
tersenyum, tetapi senyumnya terasa dipaksakan. Arman b
emukan sesuatu yang lebih menarik. Rina tampaknya sering keluar be
at membaca pesan itu. "Apa kam
caya. Mereka terlihat keluar bersama di beberapa tempat. Su
tuh. "Apa yang harus aku lakukan? Aku
sedikit lagi untuk mengumpulkan bukti yang lebih konkret. Kamu har
pa pekerjaan di kantornya. Namun, setiap kali ia melihat Rina, rasany
idak bisa menahan diri lagi. "Rina, aku merasa kita harus ju
k. "Kenapa kamu bertanya seperti
es. Aku mendengar beberapa hal dari teman-teman
engan pekerjaan," Rina berusaha menjelaskan, tetapi Arm
ga. Aku bisa menerima apa pun. Yang tidak bisa aku terima adalah kebo
ku... aku hanya merasa tertekan akhir-akhir ini. Mungk
at ia membuka mulut untuk berbicara, ponsel Rina berdering. Dengan c
galihkan perhatian. Arman merasakan pera
membicarakan apa yang sebenarnya terjadi," Arman
penting," ujarnya sambil meraih ponselnya. Arman merasaka
an dengan senyuman yang lebih tulus. "Aku berjanji, kita akan bicara leb
utuskan untuk tidak terlalu banyak berpikir tentang apa pun dan mencoba unt
ut tentang Riko. Aku rasa kita perlu berbicara lan
ertemu?" Arman menjawab, mera
kat kantor Rina? Kita bisa membahas ini
ai, Sinta sudah menunggu di sudut. Wajahnya terlihat
k, tetapi informasi yang aku dapatkan
rtanya, merasa seperti a
engan wanita lain yang mirip dengan Rina. Dan, kebetulan, wa
a berputar. "Apakah kamu ya
pi ini menunjukkan pola yang mencurigakan. Ada kemungkinan
irinya. "Aku tidak bisa membiarkan ini terus berlanjut. A
an. Jika dia benar-benar berselingkuh,
ian. "Aku sudah siap menghadapi kenyataan. Lebih baik
mikirkan setiap kata yang ingin ia ucapkan kepada Rina. Ketika ia membuka pintu rumah,
?" Arman memanggil, berharap s
secangkir teh. "Oh, Arman! Kam
Arman mengungkapkan, berusaha keras untuk
ina menatapnya den
menunjuk ke sofa, merasaka
ara. "Rina, aku tahu ada yang kau sembunyikan dariku. Aku sudah mende
gungan. "Apa maksudmu? Riko hanya teman kerja,
menyelidiki, dan aku tahu bahwa kau dan Riko seri
tungnya semakin cepat. "Apa kau akan juj
Arman merasakan ketidakpastian semakin menguat. Ia tahu, pada saat ini, mere
ambu