WANITA PENAKLUK
seperti itu?" Aine segera memungut pakaianny
Bagaiama kalau yang datang bukan saya, tapi
yang taruh dengan sengaja, Bu. Itu,
buru-buru pulang, pikirnya. Rupanya ada yang me
nya." Magda selalu memaklumi tiap perbuatan Kenzi. Anak itu dari duluh memang selalu dimanja m
Jawa tulen itu. Dan itu pernah diingat-ingat Magda di saat ketakutannya melihat Kenzi terkena penyakit. Dia bahkan t
annya sebelum dimasu
dia pakai itu kini ada yang sobek, khususnya jilbabnya. M
u lewat budenya. Budenya selalu bilang, bahwa gaji yang dikirim ibunya, untuk makan Aune saja tidak cukup, apalagi untuk membelikan baju. Sementara Aine baru berkembang dengan tubuh indahnya set
etulan ibunya pulang, walau memang dia tidak bisa pulang lama. Orang yang memperkerjakannya bukanlah
masak?" Magda su
i, jadinya belum sempat masak."
di luar saja saat periksakan
an hati yang bersorak kare
a mengambil air wudhu dan melaksanakan shola
h ini," rajuknya dalam do'a. Sebentar dia teringat Syakil, pemuda yang duluh pernah mengget
ni Kenzi. Dia data
tanya Aine t
i atas sampai bawah, sampai membuat Aine risih. Tidak lama
melamarmu. Dia ing
engan ketampanannya. Tapi suami? Bahkan
, Bu. Masih belu
ada yang mau mempersuntingmu. Biar kamu
as tidak menerima. "Aine t
m bisa menerima saya," ujar lelaki i
erah dengan terus menelpon Aine, memberi perhatian dari hal sekecil a
nya, merasa memiliki harapan baru. Mungkin benar kata Ibu, aku bisa
Habis ini kita ke Bidan." Magda datang
Bu,.. s
angunkan Kenzi. Dia agak-agak takut dengan
setelah tak berhasi
, Bu, kita ke bidan?"
mu melahirkan sekarang. Nunggu umur
itu, salah satunya ternyata suntik KB. Pantas sampai hampir tiga bulan dia aman-aman saj
dga yang bangunkan dengan kasar
anggu tid
ak ke bi
ngun dan segera ke kamar mandi s
an?" tanyanya dengan kesal menatap Aine. Di
Sementara Magda ke
mu. Kita sudah telat," te
ti bajunya, dia sudah datang. Melihat Aine yang baru akan mengenaka
tanya ke
a melepas pelukannya. "Ce
an gantinya dengan tak l
Ini adalah kedua kalinya dia naik mobil Kenzi, setelah satu kalinya sa
elah memakai kartu antrian yang panjang, akhirnya tiba juga giliran Aine. Magda selalu
a, kita kan tetangga. Lain kali lan
lah, Bu. Pasien Bu
dan itu lalu memandang ke Aine.
orkan kertas kecil
a yang ma
ART saya. Suaminya
ercaya. Dia tidak mengakui aku sebagai menantunya