Tasbih Cinta
tri
ggubrisnya sama sekali. Mereka terus berjalan meningga
ali kamu mau dekat dan kembali padanya,"
aku udh bilang, Nov. Aku akan ke kota men
doang lu mau kabur sih?" Novi mulai kesal dengan keras kepalanya Astrid. Jika
ekerjaannya saat ini. Apalagi kesuksesan gadis itu sudah di de
akan buat dia menyesal telah menyakiti sahabat yang sudah berb
g tuanya. Jangan tanya, betapa kagetnya kedua orang ta A
ia menyakiti putriku, ha
i diperlakukan dengan tidak baik oleh orang lain. Apalagi, orang
, Pak. Benar kata Novi, Astrid masih beruntung. Coba kalau Astrid
ur lebur perasaan kedua orang tuanya saat ini. Sakit hati berc
strid minta pekerjaan di IBukota. Dan kebetulan kata Ita
erikan Koko Bandi kepadamu!" tolak Novi, masih tidak percaya dengan keputusan Astri
i, gak kebayang omongan warga akan seperti apa? Kamu harus tetap waras, lagian kalau sudah rezeki. Kamu akan dapatkan dimanapun kamu berada. Mungkin nanti
p Astrid sambil berdiri dan melangkahkan kaki
a. Dia tahu saat ini tidak ada yang bisa menghentikan Astrid. Mak
a banyak kesempatan yang tersedia untuknya. Dia akan berjuang menemuka jati dirinya, tanpa embel-embel orang tua. Pak Badri walau bukan dari
kepala sekali sih!" gerutunya yang masih tid
i dirinya tidak tahu, akan sanggup atau tidak menghadapi cibiran warga tentang dirinya yang
trid pergi dul
tengahnya itu. "Hati-hati di jalan, Nak. Om Budi sudah kamu kabari kalau
Terminal Kampung Rambutan. Bapak dan Ibu tenang saja, do'akan s
idak mendo'akan anak-anaknya, demi kebahagiaan dan kesuksesan
t ternyamannya. Dia 'kan mengadu nasib di Kota besar, mengukir namanya yang bukan siapa-siapa m
mbutan seperti yang diperintahkan Om Budi. Astrid segera menghub
nak-anak Om Budi yang berjumlah empat orang, Anna anak pertama Om Budi masih duduk di kelas satu SMP, anak kedua kelas tiga SD, anak ketiganya masih TK sedangkan anak bungsunya masih berumur satu tahun. Sedangkan lantai ke empat merupakan tempat
ranya yang selalu ketus dan jarang di rumah. Bahkan anak bungsunya, Didi sering dengan sengaja ditinggalkan begitu saja dengan Om Budi ya
m
endiri, ya Trid! Beras, telur ma mie instan selalu tersedia di s
u saja, keuangan Astrid pun belum memadai. Sementara Om Budi tahu jika sang istri sangat mata duitan. Dia hanya senang siapapun y
sang istri pun memiliki lowongan yang dipinta Astrid kepadanya. Mengingat kebaikan sang Kakak dan Kakak iparnya, yang tela
aikan saja kelakuan Tantemu itu," uca
ari kedua orang tuanya dan Novi saja yang menanyakan sudah sampai atau belumnya dia di rumah sang paman. Sementara, dia, lelaki yang telah m