Bergairah Setelah Disakiti
a," puji Fathan saat dia suda
" tanya A
asih uang bensin aja nol
atanya sering pinjam uang sama dia. Tapi anaknya memang sedehana dan gak banyak ti
Ma." Fathan makin senang hatinya karena s
emburu aja," balas Aida mencoba meman
s cemburu sih? Lagian kan di kampung ada ibu dan bapak yang ngawasin kalian,
Fathan, sukses membuat Aida terkapar dalam amukan birahinya. Aida tak menduga suaminya kan memberikan layanana sebegitu hebtanya, padahal sudah lebi
ada halangan berarti yang dirasakan dalam membangun rumah tangga yang harmonis samawa dengan
a hampir setahun. Kebahagiaan dia sebagai seorang perempuan juga sebagai istri semakin lengkap dengan kehadiran a
ar idaman semua istri. Seorang lelaki yang sangat bertanggung jawab sebagai keluarga yang sempurna. Fathan begitu per
angun kost-kostan di samping rumah mereka. Pekarangan yang dulunya hanya ditumbuhi semak belukar, berganti menjadi sebuah banguna
ndidikan tingkat tinggi dengan banyak kampusnya, kost-kost itu mereka dengan mudah memiliki penghuni. Lingkun
terutama di atas ranjang. Awalnya kehidupan ranjang mereka baik-baik saja, bisa saling memuaskan dan saling memberikan pelayanan terb
h memiliki gairah dan libido tinggi, tentu sangat tersiksa dengan keadaan demikian. Bahkan tak jarang dia harus menahan
Setelah itu dia tidur mendengkur, tanpa mempedulikan lagi bagaimana tersiksanya perasaan Aida. Persetubuhan yang terkesan apa adanya
dengan dirinya. Atau apakah Aida yang telah berubah tidak cantik lagi setelah melahirkan anak pertamanya? Dengan keny
a dengannya, Aida masih termasuk ibu muda yang segar dan sintal, mungkin karena baru punya anak s
sangat memesona seperti yang sering disampaikan banyak orang. Memang bentuk tubuhnya tidak selangsing saat dia masih be
kses membuatnya terkapar tak berdaya, tenggelam dalam lautan kenikmatan yang tiada batas. Hingga
sanakan dinas luar, namun alasa karena tidak mau mengantarnya pulang kampung. Atau memang sudah ada janji dengan selingkuhanny
*
h segar. Ricko sudah duduk di angkot tua yang akan membawanya ke kampus. Mobil buatan Nippon itu pasti
dengan map-map bututnya. Sang sopir masih berteriak-teriak mengundang penumpang. Suaranya lantang sekal
ampir penuh, tetapi sang sopir sepertinya masih menganggap kosong. Sementara para penumpang mulai menggerutu. Ricko melirik la
ndekat. Sang sopir yang ceking menyambutnya dengan penuh semangat, mencoba mem
atu ruang saja. Itu pun untuk penumpang berbadan sedang. Akibatnya, penumpang yang lain terhimpit satu sama
Gerakannya tersendat-sendat, membuat para penumpang terhenyak-henyak saling berbenturan. Lalu, kesialan Ricko pa
, untung jalan agak menurun. Tetapi, walau dicoba berkali-kali, dan walau Ricko sudah berpeluh, angkot itu tetap ngadat. Akhirnya sa
mang sed
k SD dan si ibu gemuk. Sementara waktu cepat berlalu dan Ricko kini tahu bahwa dia pasti akan terlambat untuk kuliah pertamanya.
da satu angkot tampak di kejauhan menuju ke arahnya. Angkot itu berhenti dan m
tih berhenti tepat di depannya. Ricko menepi kembali karena menyangka mobil itu akan parkir. Tetapi ternyata
gelap. 'Apakah pembawa mobil ini salah seorang temanku?' ucap Ricko
ah menyembul. Tentu saja itu kepala Feby, gadis kecil putri kesayangan
jika mobil yang ada di depannya a
ramah walau masih a
i arah pengendara mobil. Ricko maju mendekat dan
dikit gelagapan tak menduga akan bertemu den
ida ramah dan Feby pun ikut memak
nyebarkan harum semerbak. Mobil pun segera melaju di antara puluhan angkot yang jalan
urusan apa?" tanya Aida sam
Bu," jawab
a spion, betapa manisnya senyum ibu kostnya itu. Ricko benar-benar tak menduga jka kesialan
bersama dengan ibu kost dan anak lucunya, namun juga belum pernah
si kecil Feby dengan cadelnya, sambi
"Feby mau sekolah
i...tapi.... tapi, gak cuka cek
ra kaget. "Karena gak boleh bawa k
baran menutup keningnya. Ricko senang sekali melihat gad
ing?" Ricko kembali bertanya seraya menahan gemas, ha
gulu cuka cama donal bebek!" tu
a kecil. Oh, merdu sekali tawa itu, pikir Ricko. Sebuah tawa c
an senang hati menimpalinya. Aida sendiri tidak begitu banyak b
ajah Aida yang menatap lurus ke depan mengawasi lalu-lintas.
*