Kemana Uang yang Rutin Aku Kirim
i rak piringpun K
itu mendengar keluh-kesahku.
rabot dapurnya yang kusam itu di rak bambu yang aku b
anakan uang kirimanmu?" Tohir
Toh. Aku tidak tau dia apak
keuangan dan selalu menghamburkan uang untuk ibunya. Akan tetapi setelah mendengar ceritamu aku jadi percaya,
lu kau kirim untuk istrimu?" Sebelum menjawab u
ua juta kadang lebih. Lebih se
Tohir bergumam sam
perabot rumah. Jika memang berat membeli dengan kontan bukankah ada sistem kredit. Kalila itu bodoh atau ba
bagaimana caranya hidup. Ajarai dia cara menga
angga Sartika Kemudian datang. Ibu muda yang sama bers
Kamu juga p
pulang." Sebelum menjawab S
dak sakit mata lagi melihat anak-istrimu y
u tersentak dengan ucapan Indah
wahku untuk mencari sip
arah pintu, dimana mertua
i yang dilakukan Kalil
las untuk apa?" Tohir
siput untuk lauknya hihi ... !" Sartika menj
ahkan Indahpun
akan mencoreng-moreng wajahku seperti ini. Secara tidak sengaja Kalila telah menjatuhkan marwa
a dia mengembara di sawah orang untuk memungut siput yang biasanya dianggap hama bag
keburukan Kalila di depan Indah dan mertuanya. Akan tetapi
aku, Ramli. Ibumu selalu curhat padak
an gosipan orang, hampir semua orang tau tabiat buruknya. Setelah cukup lama berada di rumah Toh
*
a yang dimasak Kalila aku meneruskan langkah menuju h
ak. Apa ibu memasa
k sulungku di dalam dapur sana. "Jadi benar yang mereka kat
. Bukankah ayahmu baru pulang, jadi ibu memasa
. makan ay
kemudian
seruan girang anakku aku bisa tau jika selama ini dia sangat jarang makan ayam, yang Mertua Indah kata
yang bernama Jalal itu berteriak be
opor ayam, lho
ang kamu keluar dulu, aku ingin bicar
gal menunggui ibunya yang sedang memasak. Akan tet
mudian sambil meraih lengan bungsuk
uar, aku mendekati istriku yang
sebelum bibirku terb
kau berhutang di
ersatu, setiap keburukannya
bulan lalu sementara bulan ini belum ada. Bukankah kakak yang mengatakan jika tidak
alila menjawab lancar. Aku merasa dia suda
capku sambil merongoh sa
n uang merah dari dalam
u juta seperti bisa," ucapku sa
lanjut memarahi Kalila. Setiap bulan satu jutalah yang memang aku kirim untuk Kalila, bukan dua juta
orong balik tanganku yang m
uta sebulan itu. Kakak saja yang mengatur uang itu, bukankah kakak sangat pandai,
pi padam, lalu tanpa basa-basi dia keluar dapur menyusul kedua anakku. Aku hanya bisa terngaga den
sam