Cinta Gadis Biasa
s ibuku. Aku sangat mengenal Beliau, karena Beliau adalah mantan paca
nyuman dan tatapan yang hangat, kem
ip," ucap Beliau ketika
um kikuk menjawab
pa lama kam
, sekitar empa
aksa ibumu agar kamu mengaj
prestasimu, kamu ce
Pak." ujarku sembari
nempatkanku di bagian Surat. Tugasku hanya menulis, menyimpan dan menyalur
hampir setiap hari akan ada surat yang masuk dan ke luar
awai yang cukup puas dengan hasil pekerjaanku,
a Wakil DPRD Kabupaten. Saat itu hampir jam istirahat, orang yang biasanya berjaga d
ku melangkahkan kaki ke tujuanku semula. Aku melihat ada seorang Bapak yang sedan
ercampur putih dipadukan dengan celana kain berwa
Wakil DPRD," gumamku membatin
nya, "Maaf Pak, B
an menjawab, "Oh... se
PRD yang lain," celotehku membati
," Jawabn
ik ke ruang itu lagi karena jaraknya lumayan jauh, terlebih lagi aku harus menemp
ebuah surat yang sangat penting da
ekilas, dengan sedikit rag
an Bapak Sopir untuk memberi
ramahnya dan menyetujui
erima kasih." kemudian meninggalkan ruan
cukup akrab denganku mengatakan bahwa orang yang aku anggap sebagai
Sepanjang hari aku selalu wasp
itu lewat di depan ruangan kami dan me
yang semakin melemah ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Bapak
u hanya menertawa
at baik dan rendah hati. Aku yang baru beberapa hari bekerja belum begitu hafal deng
sebuah pengalaman
.
di ruang tamu menjawab salamku dan mengatakan bahwa ada sebuah surat untukku, yang dis
mualai
urat ini membuatmu sedikit terganggu, saya sudah berulang kali
ng mungkin tidak berarti untukmu, namun sangat berarti untukku karena jika aku
selalu mengirimimu sebuah pesan dan menco
selalu menghiasi alam baw
ndangi foto wajahmu bisa membu
bulan ini saya merasa tersiks
lang kali mencoba untuk meny
mu
adalah ter
terukir dal
ah bosan men
ma i
tak ingi
jauh dari
ari bahwa kamulah
inta da
ng yang ingi
ri seorang Pria Ane
a 'foto', karena selama ini aku tidak pernah memberikan
nyaan kuleparkan padanya, aku menumpahk
anya hembusan nafas dari seseorang ya
memberikan foto Kakak
suara seseorang yang
pku semakin kesal, namun tak ada jawaban dari seberang. tawa tertahan pun te
setelah memutuskan panggilan tersebut. Lalu kuh
rlelap dal
dah menunjukkan pukul 17.45, ku bergegas bebersih dan menunaikan shola
rgabung lagi dengan teman-teman lainnya karena aku
riku di kamar se
e rumahku dan meminta izin dari k
'Ini adalah pertemuan terakhir kami' karena aku tid
wi.Dimana ada sebuah meja bundar di bagian tengahnya dan 4 buah kursi yang mengelilingi
yaku untuk mem